BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hubungan
manusia dengan sesuatu yang dianggap adikodrati (supernatural) memang
memiliki latar belakang sejarah yang sudah lama dan cukup panjang. Latar
belakang ini dapat dilihat dari berbagai pernyataan para ahli yang
memilili disiplin ilmu yang berbeda, termasuk para agamawan yang
mendasarkan pada informasi kitab suci masing-masing.
Menurut
agamawan selanjutnya, bahwa memang pada batas-batas tertentu,
barangkali permasalahan agama dapat dilihat sebagai fenomena yang secara
empiris dapat dipelajari dan diteliti. Tetapi dibalik itu semua ada
wilayah-wilayah khusus yang sama sekali tidak mungkin atau bahkan
terlarang untuk dikaji secara empiris. Perbedaan pendapat yang dilatar
belakangi perbedaan sudut pandang antara agamawan dan para psikologi
agama ini sempat menunda munculnya psikologi agama sebagai disiplin ilmu
yang berdiri sendiri. Sehingga, psikologi agama sebagai cabang
psikologi baru tumbuh sebagai disiplin ilmu sekitar penghujung abad
ke-19, setelah sejumlah tulisan dan buku-buku yang menjadi pendukungnya
diterbitkan dan beredar.
Kemudian
temuan-temuan psikologi agama tentang perkembangan rasa keagamaan pada
anak-anak dan para remaja ternyata juga dapat membantu para pendidik
agama. Dengan demikian psikologi agama dapat pula difungsikan sebagai
ilmu bantu dalam bidang pendidikan agama.
B. Perumusan Masalah
Pada bab berikutnya penulis akan mencoba memaparkan beberapa permasalahan yang berhubungan dengan psikologi agama, diantaranya:
1. Apa pengertian psikologi dan psikologi agama?
2. Apa pengertian Pendidikan Agama Islam?
3. Mengapa psikologi agama berkaitan dengan pendidikan agama Islam?
C. Tujuan
Tujuan
pembuatan makalah ini, agar kita dapat memahami dan mengetahui tujuan
guru pendidikan agama Islam tidak hanya memberikan teori-teori tentang
agama, akan tetapi juga menjadikan seseorang memiliki nilai agama dalam
diri manusia yang mengikat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Psikologi
Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa yaitu aktivitas dalam diri
manusia yang mendorong perilaku manusia yang mencakup 7 aspek jiwa.
mendorong
Jiwa (psyche) Perilaku (behavior)
- Aktifitas internal - Eksternal activities
- Unobservable - Observable
Aspek-aspek komponen jiwa, yaitu :
1) Kognisi
Kognisi
adalah kondisi jiwa yang terkait dengan proses memperoleh pengetahuan.
Dan pengetahuan adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam diri manusia
melalui penginderaan.
v Proses Kognisi
Penginderaan Persepsi Memori Penggunaan
STM LTM -Untuk berfikir
- Untuk memilih
- Untuk memutuskan
2) Afeksi adalah semua komponen selain kognisi, yaitu :
a. Motifasi adalah alasan kuat atau dorongan dari dalam untuk mencapai tujuan.
b. Emosi adalah perasaan yang kuat yang berbentuk reaksi jiwa secara spontan terhadap rangsangan yang datang secara tiba-tiba.
c. Daya sosial adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung yang disertai emosi terhadap objek.
d. Daya moral adalah dorongan untuk taat aturan.
e. Daya estetika adalah hal yang membicarakan tentang keindahan.
f. Daya agama adalah peraturan tentang cara hidup, lahir batin.
2. Psikologi Agama
Psikologi
agama menggunakan dua kata yaitu psikologi dan agama. Kedua kata ini
memiliki pengertian yang berbeda. Psikologi secara umum diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa
dan beradab (Jalaludin, et al, 1979: 77). Selanjutnya, agama juga
menyangkut masalah yang berhubungan dengan kehidupan batin manusia.
Agama sebagai bentuk keyakinan, memang sulit diukur secara tepat dan
rinci.
Seorang
ahli jiwa W. H. Clark masih dengan tegas mengakui bahwa tidak ada yang
lebih sukar daripada mencari kata-kata yang dapat digunakan untuk
membuat definisi untuk agama.
Karena pengalaman agama adalah subyektif, intern dan individual, dimana
setiap orang akan merasakan pengalaman agama yang berbeda dari orang
lain. Dengan demikian dapat didefinisikan, psikologi agama adalah ilmu
yang membahas yaitu aktivitas dalam diri manusia dan mencakup salah satu
aspek jiwa yaitu agama.
B. Pengertian Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan
merupakan kegiatan atau usaha sadar yang sistematis dan
berkesinambungan untuk mengembangkan potensi manusia, memberikan
kecakapan, sikap yang sesuai dengan tujuan pendidikan sedangkan potensi
sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan atau fitrah yang dibawa
manusia yang mempunyai kemungkinan untuk menjadi kemampuan riil.
Pendidikan
agama Islam adalah segala usaha sadar untuk membimbing jasmani dan
rohani seseorang menuju kearah terbentuknya kepribadian musim yang
muttaqiem.
Kepribadian
muslim adalah kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam,
memilih, memutuskan, serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan
bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Muttaqiem
adalah orang-orang yang bertaqwa kepada Allah, sedangkan taqwa artinya
mentaaati atau meaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala
yang dilarangNya, beramar ma’ruf nahi mungkar.
C. Keterkaitan Antara Psikologi Agama dengan Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan
Islam erat kaitannya dengan psikologi agama. Bahkan psikologi agama
digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam pelaksanaan pendidikan
agama Islam. Perkembangan agama pada masa anak, terjadi melalui
pengalaman hidupnya sejak kecil, dalam keluarga, disekolah dan dalam
lingkungan masyarakat. Semakin banyak pengalaman yang
bersifat agama (sesuai dengan ajaran agama) dan semakin banyak unsur
agama, maka sikap, tindakan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai
dengan ajaran agama.
Agar
dapat membawa anak pada perkembangan yang diharapkan, tentu saja
pekerjaan itu tidak mudah, kecuali kalau guru agama itu mempunyai bekal
yang cukup, diantaranya:
· Pribadi
guru agama itu sendiri; dia harus mempunyai pribadi yang dapat
dijadikan contoh dari pendidikan agama yang dibawakannya kepada anak.
Dia harus mempunyai sifat-sifat yang diharapkan dalam agama (jujur,
benar, berani, dsb).
· Pengertian
dan kemampuannya untuk memahami perkembangan jiwa anak serta perbedaan
perorangan antara seorang anak dan lainnya. Dengan singkat dapat
dikatakan bahwa ia mengerti psikologi anak.
Untuk
membina agar mempunyai sifat-sifat terpuji tidaklah mungkin dengan
pengertian saja, akan tetapi membiasakannya untuk melakukan yang baik
yang diharapkan nanti dia akan mempunyai sifat-sifat itu dan menjauhi
sifat tercela. Kebiasaan dan latihan itulah yang membuat ia cenderung
kepada melakukan yang baik dan meninggalkan yang kurang baik.
Latihan-latihan keagamaan yang menyangkut ibadah seperti sembahyang,
doa, mmembaca Al Qur’an atau menghafal surat pendek, sholat berjamaah
disekolah maupun dimasjid harus dibiasakan sejak kecil, sehingga lama
kelamaan akan tumbuh rasa senang melakukan ibadah tersebut. Dengan
dibiasakan sedemikian rupa, sehingga dengan sendirinya ia terdorong
untuk melakukannya, tanpa suruhan dari luar tapi dorongan dari dalam.
Latihan
keagamaan yang menyangkut akhlak dan ibadah sosial atau hubungan
manusia dengan manusia sesuai dengan ajaran agama, jauh lebih penting
daripada penjelasan dengan kata-kata. Latihan-latihan disini dilakukan
melalui contoh yang diberikan oleh guru atau orang tua. Oleh karena itu,
guru agama hendaknya memilki kepribadian yang dapat mencerminkan ajaran
agama yang akan diajarkan kepada anak didiknya. Kemudian sikapnya dalam
melatih kebiasaan-kebiasaan baik yang sesuai dengan ajaran agama itu,
hendaknya menyenangkan dan tidak kaku.
Hubungan
antara murid dengan guru hendaknya berdasarkan pengertian dan kasih
sayang, sehingga murid itu hormat dan sayang kepada gurunya, bukan takut
dan benci. Hubungan yang baik itu akan membantu kecintaan anak terhadap
pelajaran yang diberikan kepadanya. Dengan demikian hasil pendidikan
akan jauh lebih baik dari pada hubungan yang berdasarkan takut dan
benci.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan
agama Islam erat kaitannya denga psikologi agama. Bahkan psikologi
agama digunakan sebagian salah salah satu pendekatan dalam pelaksanaan
pendidikan agama Islam. Untuk membawa anak pada perkembangan yang
diharapkan, tentu tidak mudah. Seorang guru harus mempunyai bekal yang
cukup, diantaranya: (1) pribadi guru itu sendiri harus baik; (2)
pengertian dan kemampuan dalam memahami perkembangan jiwa anak
(psikologi anak).
Latihan-latihan
keagamaan yang menyangkut ibadah hendaknya dilakukan atau dibiasakan
sejak kecil. Latihan keagamaan yang menyangkut akhlak dan ibadah sosial
atau hubungan manusia dengan manusia sesuai dengan ajaran agama, jauh
lebih penting daripada penjelasan dengan kata-kata. Pendidikan agama
pada anak, harus lebih banyak percontohan dan pembiasaan. Karena
pembiasaan keagamaan itu akan memasukkan unsur-unsur positif dalam
pribadi anak yang sedang bertumbuh. Hubungan antara murid dan guru
hendaknya berdasarkan pengertian dan kasih sayang, sehingga peserta
didik itu hormat dan sayang pada gurunya, bukan takut atau benci.
Hubungan yang baik akan membantu kecintaan anak terhadap pelajaran yang
diberikan kepadanya.
Baca Juga Artikel Di Bawah Ini: