Peranan Entering Behavior dalam Proses Pembelajaran


Abstraksi
Entering behavior merupakan gambaran awal keadaan pengetahuan dan ketrampilan peserta
didik sebelum mengikuti proses pembelajaran. Entering behavior berhubungan erat dengan
penetapan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK). Melalui entering behavior, seorang
pendidik/fasilitator dapat menentukan substansi yang akan diperluas dan diperdalam sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Macam-macam entering behavior diantaranya
adalah learning sets, learning ability, dan learning style. Learning sets ada dua jenis, yaitu
learning to learn dan learning structure. Kegunaan entering behavior adalah sebagai penentu
penetapan pemberian materi agar indikator pencapaian dapat terealisasi, bisa juga sebagai
penambahan suplemen yang lebih luas. Entering behavior dapat diketahui melalui pemberian tes
pada awal pelaksanaan pembelajaran, atau yang lebih dikenal dengan istilah pre tes. Penentuan
entering behavior sekurang-kurangnya dengan mempertimbangkan empat konsep, yaitu
kesiapan, kematangan, perbedaan individu, dan kepribadian peserta didik.
Kata kunci: Entering Behavior, Tujuan pembelajaran, peserta didik

Pendahuluan
Entering Behavior adalah gambaran tentang keadaan pengetahuan dan ketrampilan
peserta didik dalam hubungannya dengan tujuan pembelajaran khusus (Ahmad Tafsir: 2004).
Entering behavior menggambarkan tingkahlaku yang dimiliki peserta didik sebelum ia
memperoleh tingkahlaku yang baru sebagaimana tercatat dalam tujuan yang ingin dicapai. Pada
intinya, entering behavior menjelaskan mana pengajaran yang harus diberikan/dimulai?. Sampai
dimana kemampuan peserta didik?. Seberapa jauh pengetahuan tentang materi yang akan
disampaikan dengan pengetahuan peserta didik?. Apakah seorang pendidik/fasilitator tinggal
memoles ataukah memulai dari nol/awal. Di sinilah pentingnya entering behavior. Menanyakan
sejauh mana pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimiliki peserta didik merupakan langkah
awal mengetahui perilaku peserta didik (Sianipar dan Supono: 2002).
Pengajaran dapat disederhanakan sebagai ”membawa peserta didik dari keadaannya
menuju ke keadaan yang dikehendaki pendidik/fasilitator”. Kegiatan untuk mengetahui/
menentukan status peserta didik sebelum proses belajar mengajar dimulai dapat dilakukan
dengan cara mengadakan pre-tes. Bisa juga dilakukan penilaian penempatan sebagai
pengetahuan terhadap peserta didik untuk menghadapi program pembelajaran yang akan
diberikan serta kesesuaian program belajar dengan kemampuan peserta didik (Mardjani dan
Azhari: 2002).

Dalam menentukan entering behavior, sekurang-kurangnya harus mempertimbangkan
empat konsep, yaitu kesiapan, kematangan, perbedaan individu, dan kepribadian peserta didik.
Yang dimaksud dengan kesiapan peserta didik adalah kapasitas peserta didik yang tepat untuk
menghadapi tujuan pembelajaran khusus (menurut Subandi dan Darwanto, TPK yaitu tujuan
yang menunjukkan perilaku khusus yang harus diperlihatkan oleh peserta didik setelah
mengikuti pembelajaran dari suatru materi). Misalnya kesiapan membaca untuk menghadapi
pengajaran membaca, menulis untuk pengajaran menulis, dan seterusnya. Adapun kematangan
menunjuk pada tingkat pertumbuhan biologis seseorang yang sebagian besar merupakan
pengaruh bawaan (hereditas). Kesiapan dan kematangan merupakan hasil bersama antara latihan
dan kematangan. Kadang-kadang pengajaran banyak yang gagal dalam mencapai tujuan karena
para peserta didik belum berada pada tingkat kematangan tertentu. Tingkat kematangan ini yang
sering disebut dengan masa peka.
Perbedaan individu pada umumnya berupa studi tentang perbedaan kelompok. Lazimnya
yang menjadi perhatian adalah perbedaan umur, jenis kelamin, ras, serta tingkat sosial antara
kelompok satu dengan yang lain. Dari hasil studi ini biasanya dapat diketahui rata-rata IQ kelas
sosial menengah, ke atas maupun ke bawah, antara laki-laki dan perempuan, perbedaan umur dan
sebagainya. Keterangan IQ para peserta didik amat penting bagi para pendidik/fasilitator dalam
menentukan entering behavior. Sedangkan kepribadian peserta didik, kebanyakan studi yang
dilakukan adalah studi tentang struktur dan proses dalam diri manusia yang menyebabkan
seseorang bertindak dengan cara tertentu. Hubungan antara pengetahuan tentang kepribadian
dengan entering behavior adalah bahwasanya entering behavior sendiri merupakan hasil dari
berbagai susunan kepribadian peserta didik seperti yang kita ketahui dari hasil studi-studi di atas.
Pengetahuan kita tentang kepribadian tersebut akan mengilhami penulisan entering behavior.
Pemahaman terhadap entering behavior akan memperjelas penentuan entering behavior peserta
didik.

Macam-Macam Entering Behavior

Entering behavior bisa berupa pertimbangan tentang learning sets, learning abilities, dan
learning style. Learning set ada dua tipe, yaitu pertama belajar-belajar (learning to learn), dan
kedua struktur belajar (learning structure).

Kita semua mengetahui bahwa kemampuan kita mempelajari bahan baru akan tinggi bila
kita sudah pernah mempelajari atau mengenal bahan tersebut sebelumnya. Seseorang yang
mengerjakan persamaan setiap hari akan lebih cepat dan tepat mengerjakan tugas seperti itu bila
ia menghadapinya. Peningkatan kecepatan dan ketepatan seperti ini akan terjadi karena ia telah
mempelajari cara mempelajari bahan itu. Inilah yang dinamakan belajar (learning to learn).
Learning sets menurut Robert Gagne dalam buku karya DR. Ahmad Tafsir adalah kemampuan
yang dimiliki peserta didik pada saat tertentu tentang bahan tertentu. Kemampuan yang dimiliki
peserta didik tersebut harus dapat diukur, dapat diketahui dengan cara menyelidiki keadaan
kemampuan itu sendiri. Merujuk pada tujuan khusus yang akan dicapai peserta didik, maka
kemampuan apa yang harus dimiliki peserta didik agar mampu menguasai tujuan pembelajaran
khusus ini? Selanjutnya kita kembangkan lagi, apa yang harus dikuasai peserta didik agar ia
mampu menguasai tujuan pembelajaran khusus tersebut?. Jawabannya merupakan tindakan
kedua yang merupakan syarat bagi kemampuan yang dimaksud. Kemudian prosesnya
dilanjutkan sampai akhirnya para pendidik/fasilitator menemukan jawaban yang lebih sederhana
dan lebih umum, dilihat dari suatu hierarki. Hierarki inilah yang bisa dinamakan learning
structure. Sebenarnya kemampuan dalam hal belajar merupakan bagian dari learning structure,
dan merupakan kemampuan dasar dan umum yang harus dimiliki peserta didik.
Kemampuan belajar (learning abilities) adalah berbagai proses yang dengannya peserta
didik memperoleh penguasaan tingkah laku yang baru. Peserta didik itu berbeda learning ablilitinya
dengan peserta didik yang lain dalam beberapa hal. Suatu misal beberapa peserta didik
mampu belajar lebih baik bila mereka langsung menghadapi proses belajar, sedangkan peserta
didik yang lain belajar akan lebih baik bila menggunakan alat (media). Melalui media
pembelajaran, peserta didik mampu menangkap dengan jelas penyajian pesan dari
pendidik/fasilitator sehingga penyajiannya tidak bersifat verbalis (Piran Wiroatmodjo dan
Sasonohardjo: 2002). Jelaslah bahwa learning ability berhubungan dengan learning to learn,
learning sets, dan dengan entering behavior. Learning ability merupakan syarat kemampuan
dalam penguasaan tujuan pembelajaran khusus, maka learning ability itu berhubungan dengan
entering behavior.
Learning style (gaya belajar) adalah cara seseorang memproses informasi dalam suatu
konsep atau terhadap konsep baru, intinya gaya seseorang dalam menguasai konsep. Menurut
Ahmad Tafsir, ada dua tipe gaya belajar, yaitu tempo dan pemilihan strategi. Tempo adalah kemampuan dasar peserta didik, ada siswa yang cepat mempelajari sesuatu, ada juga yang
lambat. Adapun jenis gaya belajar dari hasil penelitan para pakar pendidikan diketahui bahwa
jumlah orang yang belajar secara visual 27%, auditori 34%, dan kinestetik 39% (Depag: 2006).
Menurut Kagam, hasil penelitian tentang cepat atau lambat belajar ini mempunyai tiga
implikasi. Pertama, pendidik/fasilitator harus menyesuaiakan prosedur mengajar yang ia
gunakan dengan waktu, ia harus membedakan peserta didik yang cepat dan yang lambat. Kedua,
pendidik tidak boleh menghukum peserta didik yang lambat, apalagi dibarengi dengan memberi
hadiah (reward) pada peserta didik yang cepat. Ketiga, pendidik harus membedakan tempo yang
ia gunakan disesuaikan dengan cepat atau lambatnya peserta didik menerima materi
pembelajaran.
Pemilihan Strategi/cara menguasai konsep bagi peserta didik diantaranya adalah:
Pertama, mereka menggunakan sebuah konsep sebagai fokus, kemudian mengganti satu sifat
pada konsep fokus itu untuk mengenali konsep lain yang sejenis. Kedua, focus gambling, sama
dengan yang sebelumnya, bedanya ia merubah lebih dari satu sifat pada suatu waktu. Ketiga,
simultaneous scanning, yaitu peserta didik merumuskan beberapa hipotesis tentang sifat-sifat
objek tersebut untuk akhirnya satu hipotesis diformulasikan. Satu demi satu diuji dan akhirnya
hanya satu yang diambil.
Kegunaan Entering Behavior dalam Pengajaran
Bagaimana cara menghubungkan entering behavior dengan tindakan mengajar?. Untuk
menjelaskan jawaban pertanyaan tersebut, ada beberapa konsep yang harus dipahami terlebih
dahulu; entering behavior mana yang diperlukan, mengujikan entering behavior, dan menentukan
entering behavior.
Setelah seorang pendidik/fasilitator menuliskan tujuan pembelajaran khusus, dia dapat
menentukan entering behavior mana yang diperlukan. Pada dasarnya pengajaran dapat dimulai
dari apa yang diketahui oleh peserta didik sekarang dan dilanjutkannya pada penguasaan tujuan
pembelajaran. Begitu pendidik selesai menuliskan tujuan pembelajaran khusus, pendidik telah
dapat menetapkan apa yang akan diajarkan, dan pendidik-pun seharusnya dapat menduga apa
saja kemampuan yang berhubungan dengan itu yang seharusnya telah dimiliki peserta didik.
Pendidik atau orang dewasa membantu peserta didik membuat hubungan-hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru (Syaiful Sagala: 2006).

Entering behavior perlu dites kembali, apakah item-itemnya sudah prerequisite tujuan
pembelajaran khusus. Pengetesan entering behavior inilah yang sering kita sebut dengan pre-tes.
Pre-tes sangat penting sebagai cara baku dalam menetapkan entering behavior. Setelah diadakan
pengetesan, pendidik dapat menentukan berbagai keputusan. Bila peserta didik telah memiliki
lebih banyak entering behavior daripada yang diperlukan, pendidik/fasilitator dapat memutuskan
apakah lesson plan atau bahan pengajaran akan diajarkan atau tidak, atau seorang pendidik akan
memberikan materi lebih luas dan mendalam lagi, sehingga dia tinggal menambah tujuan
pembelajaran khusus. Tapi jika entering behavior peserta didik kurang, ada beberapa alternatif
yang bisa dipilih. Seorang pendidik melatih peserta didik untuk mencukupi entering behavior
sampai batas yang diperlukan, atau memperbanyak waktu supaya tujuan pembelajaran khusus
dapat dikuasai, atau seorang pendidik dapat mengubah tujuan pembelajaran khusus dengan cara
menurunkan standarnya. Hal itu demi menyesuaikan kemampuan peserta didik, tanpa harus
memaksa untuk menguasai apa yang belum diketahui karena bisa jadi apa yang diberikan tidak
mampu dikuasai peserta didik. Seperti halnya dalam prinsip penyusunan silabus, bahwasanya
cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan
tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik (Martinis
Yamin: 2006). Bila seorang pendidik sudah mengetahui kemampuan dan ketrampilan awal
peserta didik, maka dalam penetapan perencanaan pelaksanaan pembelajaran akan mudah
mengidentifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, serta penyusunan program
pembelajaran (E. Mulyasa: 2006)

Kesimpulan
Sebelum lembaga pendidikan melalui para pendidik melaksanakan proses pembelajaran, akan
lebih baik bila para pendidik/fasilitaor mengetahui seberapa jauh pengetahuan maupun
ketrampilan yang dimiliki peserta didik. Hal ini dapat dijadikan pemetaan maupun keputusan
dalam menulis tujuan pembelajaran khusus yang nantinya benar-benar harus dikuasai oleh
peserta didik. Subtansi yang akan diberikan para pendidik tidak akan sia-sia disampaikan
manakala isi materi tersebut benar-benar sangat dibutuhkan peserta didik. Namun semuanya
(substansi) jadi tidak berarti lagi jika suplemen yang diberikan kepada peserta didik tidak bisa
diterima karena tidak sesuai dengan kebutuhan maupun tingkat kecerdasan peserta didik. Semua
pengetahuan dan ketrampilan peserta didik sebelum mengikuti proses pembelajaran bisa diketahui melalui entering behavior dengan menggunakan pre-tes. Jika semua pengetahuan dan
ketrampilan sudah diketahui, maka pendidik akan menfokuskan pada substansi yang sangat
dibutuhkan dan benar-benar belum dikuasai peserta didik sesuai tujuan pembelajaran khusus.
Jika ternyata apa yang diberikan masih belum mampu dikuasai peserta didik, maka pendidik
dapat memperpanjang waktu, atau menurunkan standar sesuai kemampuan peserta didik. Jadi
peranan entering behavior sangat penting dalam pengajaran, sehingga apa yang akan
disampaikan para pendidik bisa dikatakan tepat sasaran dan tepat waktu (efektif efisien).

Daftar Pustaka

Azhari, Drs dan Mardjani, DR,MM, Pengukuran Hasil Belajar, LAN Jakarta: 2002.
Depag RI, Pengembangan Diri dan Pembiasaan, Jakarta: 2006.
Darwanto, Drs dan Subandi, Drs, MM, GBPP dan SAP, LAN, Jakarta: 2002.
Mulyasa, E, DR, M.Pd, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung:
2006.
Sasonohardjo, Drs, dan Piran Wiroatmodjo, DR, Media Pembelajaran, LAN, Jakarta: 2002.
Supono, Drs, MM dan Sianipar, Drs, Desain Instruksional, LAN, Jakarta: 2002.
Sagala Syaiful, H, DR, M.Pd, Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung: 2006.
Tafsir Ahmad, DR, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Remaja Rosda Karya, Bandung:2004.
Yamin Martinis, H, Drs, M.Pd, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Gaung Persada,
Jakarta: 2006.







Baca Juga Artikel Di Bawah Ini:

Komentar Facebook
0 Komentar Blogger
Twitter

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar

Ayo tinggalkan jejak anda berupa komentar disini !!! karena komentar anda sangat berarti sekali demi kemajuan blog ini.

Panduan Memberi Komentar
1.Masukan komentar anda
2.Lalu pada kata 'beri komentar sebagai' , pilih account yang anda punya, bagi yang belum mempunyai account pilih Name/url, isi nama anda dan Kosongkan URL atau isi dengan alamat facebook anda(untuk mengetahui alamat facebook anda silahkan login ke facebook dan pilih profile anda, anda dapat melihat alamat Facebook anda di atas, contoh alamat Facebook punya saya http://www.facebook.com/profile.php?id=1823916177
3.dan kemudian Publikasikan
4.Selesai dan anda tinggal menunggu komentar anda muncul
Semoga bermanfa'at.

 
Selamat Datang di www.gudangmaterikuliah.blogspot.co.id(Kumpulan Materi Kuliah Jurusan PAI/Pendidikan Agama Islam). Terima Kasih Atas Kunjungannya. Kunjungi juga website kami di www.indoking.net(Kumpulan berbagai macam informasi terlengkap,terhits dan terupdates 2016)Terimakasih.