- A.
Definisi Kualitatif
Menurut
Strauss dan Corbin (1997: 11-13), yang dimaksud dengan penelitian kualitatif
adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak
dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau
cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif secara
umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah,
tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain.
Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman para
peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa
yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit
untuk dipahami secara memuaskan. Bogdan dan Taylor (1992: 21-22) menjelaskan
bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan prilaku yang diamati.[3]
Istilah
penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986:9) pada mulanya bersumber
pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif.[4] Penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif[iii]. Artinya, data yang dianalisis dari gejala-gejala yang diamati, yang tidak
harus selalu berbentuk angka atau koefisien[iv] antar variabel[v]. Dan
terkadang pada penelitian kualitaatif, memungkinkan adanya data kuantitatif.
Akan tetapi, pada penelitian kualitatif, pengumpulan dan pengolahan data
umumnya bersifat pengamatan awal hingga akhir. Maka, penyajian analisis data
pun akan sedikit berbeda dengan penelitian jenis kuantitatif. Karna itulah
penelitian kualitatif lebih condong berada dibawah paradigma fungsionalisme[vi], objektivisme[vii], dan fakta
sosial.
- B.
Definisi Kuantitatif
Metode
kuantitatif adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan tata cara (metode)
pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi hasil analisis untuk
mendapatkan informasi guna penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan.
Sementara Render (2006) mengemukakan metode kuantitatif adalah pendekatan
ilmiah untuk pengambilan keputusan manajerial dan Ekonomi.
Metode
kuantitatif merupakan pendekatan yang menyangkut pendugaan parameter, pengujian
hipotesis[viii], pembentukan selang kepercayaan, dan hubungan antara dua sifat (peubah)
atau lebih bagi parameter-parameter yang mempunyai sebaran (distribusi normal)
tertentu yang diketahui. Metode kuantitatif berlandaskan pada anggapan-anggapan
tertentu yang telah disusun terlebih dahulu, jika anggapan-anggapan tersebut
tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, apalagi jika menyimpang jauh maka
keampuhan metode ini tidak dapat dijamin atau bahkan dapat menyesatkan. Karena
itulah paradigma penelitiannya adalah paradigma ilmiah yang berasal dari
pandangan positivisme[ix].[5]
B. Perbedaan Mendasar Selain dari Paradigma Penelitian
Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju
data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang
digunakan.
Sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data,
memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu
“teori”.
Berikut adalah perbedaan kedua metode tersebut
selengkapnya:
No
|
Kualitatif
|
Kuantitatif
|
1
|
Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik,
interpretatif, konstruktivis, naturalistik-etnografik, pendekatan
fenomenologis dan penelitian dengan pola pencarian dari dalam
|
Penelitian kuantitatif disebut juga penelitan rasionalistik, fungional,
positivisme, dan penelitan dengan pola pencarian kebenaran dari luar
|
2
|
memulai
kegiatannya dengan konsep-konsep yang sangat umum, kemudian selama
penelitian, konsep-konsep yang sangat umum itu diubah-ubah dan direvisi
sampai bertemu dengan kesimpulan yang sangat kuat. Dengan kata lain, variabel ditemukan dan dirumuskan kembali, bukan di
awal.
|
mengisolasi variabel-variabel dan kemudian menghubungkannya dalam
hipotesis. Selanjutnya menguji hipotesis itu dengan data yang
dikumpulkan.
|
3
|
variabel merupakan produk penelitian yang ditemukan kemudian.
|
variabel-variabel menjadi alat atau komponen utama dalam melakukan analisis
|
4
|
penelitian kualitatif menggunakan lensa besar dan menampak serta
memperhatikan pola-pola saling berhubungan antara berbagai variabel yang
sebelumnya belum pernah ditemukan. Pendekatan kualitatif adalah
pendekatan holistik, menyeluruh.
|
penelitian kuantitatif memandang melalui lensa kecil, melihat dan memilih
serta memperhatikannya hanya beberapa buah variabel saja.
|
5
|
Penelitian kualitatif menjadikan peneliti sendiri sebagai instrumen
penelitian untuk mengumpulkan data atau informasi. Peneliti diminta luwes dan
mampu membuat atau memberikan pandangan sendiri atas hal-hal atau
fenomena-fenomena yang dilihatnya.
|
penelitian kuantitatif menggunakan instrumen yang ditentukan terlebih
dahulu, dan instrumennya sangat tidak fleksibel dan juga tidak reflektif
yaitu tidak mengandung interpretasi.
|
6
|
penelitian kualitatif masalah penelitian tidak dapat di formulasikan
secara jelas dan jawaban dari responden juga sangat kompleks, sehingga
wawancara mendalam mungkin sangat efektif dalam pengumpulan data.
|
Penelitian kuantitatif menuntut jawaban yang pasti, jelas, tidak ambigu,
dan oleh karena itu instrumen dalam bentuk kuesioner mungkin sangat tepat
dalam pengumpulan data.
|
7
|
Penelitian kualitatif tertarik dengan konsep-konsep, bukan berapa kalinya
sesuatu.
|
penelitian kuantitatif bermain dengan angka-angka, yaitu mengkuantifikasi
sampel terhadap populasi, dan mengangkakan karakteristik variabel-variabel
penelitian.
|
PERBEDAAN PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
Perbedaan berdasarkan model penelitian
KUANTITATIF
|
KUALITATIF
|
Eksperimental
|
Non eksperimental
|
Interaktif
|
Noninteraktif
|
Eksperimental murni
|
Deskriptif
|
Etnografis
|
Analisis konsep
|
Eksperimental lemah
|
Komparatif
|
Historis
|
Analisis kebijakan
|
|
Korelasional
|
Fenomenologis
|
Analisis historis
|
|
Survai
|
Studi kasus
|
|
|
Ekspos fakto
|
Teori dasar
|
|
|
Tindakan
|
Studi kritis
|
|
Penelitian
kuantitatif
|
Penelitian
kualitatif
|
Setting
penelitian buatan lepas dari tempat dan waktu
|
Setting
peneltian alamiah, terkait tempat dan waktu
|
Analisis
kuantitatif, statistik, objektif
|
Analisis
subjektif, rasional
|
Hasil
penelitian berupa generalisasi, prediksi
|
Hasil
penelitian berupa deskripsi, intepretasi
|
Perbedaan penelitian
pendekatan kualitaif dan kuantitatif berdasarkan isinya
Perbedaan penelitian pendekatan kualitaif dan kuantitatif
berdasarkan pengumpulan data
Kualitatif (deskripsi)
|
Kuantitatif (eksperimental)
|
Sedekat mungkin ke keadaan kealamiah
|
Seringkali di laboraturium
|
Penjabaran deskripsi
|
Pengukuran dan statistik
|
Pengumpulan data tidak
berstruktur dan spontan
|
Pengumpulan data
terstruktur
|
Tidak ada perlakuan
|
Menekankan perlakuan
|
Perbedaan penelitian pendekatan kualitaif dan kuantitatif secara umum
menurut Faenkel dan Wallen 1993 (Syaodih, 2005: 97)
Penelitian Kuantitatif
|
Penelitian Kualitatif
|
Menekankan definisi
operasional yang dirumuskan sebelumnya
|
Menekankan deskripsi
naratif
|
Pengukuran validitas melalui rangkaian perhitungan statistik
|
Pengukuran validitas
melalui cek silang dari sumber informasi
|
Menekankan rangkuman
statistik dalam hasil penelitian
|
Menekankan rangkungan naratif dalam hasil penelitian
|
Menekankan penguraian fenomena kompleks menjadi bagian- bagian yang lebih
kecil
|
Menekankan deskripsi holistik dari fenomena- fenomena yang kompleks
|
Contoh Skripsi Kualitatif
Judul Penelitian : Konsep Diri Mahasiswa Perempuan yang Berbusana Muslim
Syariah
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mahasiswa
adalah seseorang yang sedang menuntut ilmu disalah satu institusi pendidikan
yang memiliki intelektual moral serta religiusitas yang tinggi untuk menjadi
lebih baik. Menurut Ahmad Barizi (2011 dalam http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/copywriting/2341341-pengertian-mahasiswa/), mahasiswa adalah sekelompok manusia yang berfikir ke depan, memiliki
akses intelektual dan moral yang “tak terbatas” untuk diekspresikan.
Mahasiswa
itu sendiri terdapat didalamnya terdiri dari mahasiswa laki-laki dan mahasiswa
perempuan. Dimana mahasiswa perempuan menuntut ilmu untuk menjadi parner atau
kesamaan gender terhadap laki-laki didalam lingkungan sosial maupun
bermasyarakat. Dalam memahami mahasiswa perempuan ditinjau dari perspektif
agama Islam yang luas tentu akan dituntut mahasiswa perempuan menjadi lebih
arif dan bijaksana dalam merespon berbagai bentuk sikap dan perilaku keagamaan
dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam berbusana.
Busana
adalah pakaian / “alat” untuk melindungi tubuh atau “fasilitas” untuk
memperindah tampilan serta pakaian pun dapat berfungsi sebagai “alat”
komunikasi yang non-verbal dimana mengandung simbol-simbol yang memiliki
beragam makna. Berbusana muslim tentu memiliki aturan dan pedomannya terlihat
dari bagaimana cara kita berbusana muslim itu sendiri.
Didalam
pandangan Islam bahwa busana seorang muslimah yang dikenakannya merupakan
simbol identitas diri, jati diri, kehormatan dan kesederhanaan bagi seseorang
yang dapat melindungi dari berbagai bahaya yang mungkin mengancam dirinya. Prinsip berpakaian dalam Islam dikenakan oleh seorang muslimah sebagai
ungkapan ketaatan dan ketundukan kepada Allah, kerena itu berpakaian bagi
seorang muslimah memiliki nilai ibadah. Oleh karena demi kian, dalam berpakaian
seorang muslimah harus mengikuti aturan yang ditetapkan Allah dalam Al Qur’an
dan As-Sunnah (sering disebut dengan syariah). Dalam berpakaian seseorang pun
tidak dapat menentukan kepribadiannya secara mutlak, akan tetapi sedikit dari
pakaian yang digunakannya akan tercermin kepribadiannya dari sorotan lewat
pakaiannya.
Tentu di dalam aturan syariah sendiri ada syarat-syarat dalam berbusana
muslim syariah dimana busana muslim tersebut harus menutupi seluruh badan
kecuali bagian muka dan telapak tangan, kain tidak tipis dan tidak transparan
(tidak tembus pandang), kain tidak ketat (longgar), dan pakaian tersebut tidak
menyerupai laki-laki maupun wanita kafir. Dikutip dari hasil wawancara dari
Kompas.com dalam “Agar Busana Muslim Tak
Terkesan Berlebihan” pada tanggal 7 Agustus 2012:
"Saat
busana muslim, sebaiknya menekankan pada satu sisi, mana yang mau ditampilkan. Point of you apa? bagian baju mana yang
ingin ditonjolkan? Orang akan melihat baju itu ke arah mana. Jadi, jangan
terlalu heboh," saran desainer pemilik tiga label busana muslim, Monika
Jufry di sela pagelaran busana Eksobatika Grand Indonesia, beberapa waktu lalu.
"Kesalahan umum berbusana muslim adalah orang ingin menonjolkan diri.
Padahal pakai busana muslim sudah menonjol, karena kain yang panjang. Tonjolkan
saja satu hal saat berpenampilan dengan busana muslim," sarannya di sela
temu media bersama HijUp.com, mal online busana muslim di Jakarta.
Berbusana
muslim syariah sendiri dapat mempengaruhi bagaimana seseorang tersebut
bersosialisasi dalam lingkungannya dan lingkungan luar juga penilaian dirinya
sendiri terhadap dirinya dan tentu saja hal tersebut membentuk konsep diri
tersendiri bagi kaum perempuan yang menggunakan busana muslim tersebut. Dimana
konsep diri itu sendiri adalah pemahaman diri seseorang dalam mengambarkan diri
individu terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya berhubungan dengan
gambaran diri (body image), ideal
diri (self ideal), harga diri (self esteem), peran diri (self role) dan identitas diri (self identity). Menurut Hurlock (1994
dalam http://www.g-excess.com/28242/pengertian-konsep-diri-menurut-beberapa-ahli/) yang dimaksud konsep diri adalah kesan (image) individu mengenai karakteristik dirinya yang mencakup
karakteristik fisik, sosial, emosional, aspirasi dan achievement.
Seorang mahasiswa perempuan yang berbusana muslim syariah biasanya terlihat
dari tampilan luarnya tampak sederhana dan tidak mencolok di lingkungan
sekitarnya. Biasanya busana yang dikenakan seseorang akan mencerminkan gambaran
dalam diri dimana seseorang menunjukkan identitasnya ke lingkungan sekitarnya.
Hal inilah yang ingin diketahui oleh peneliti bagaimana konsep diri mahasiswa
perempuan yang berbusana muslim syariah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang menyebabkan mahasiswa perempuan menggunakan busana muslim
sesuai syariah?
2. Bagaimana konsep diri pada mahasiswa perempuan yang berbusana muslim
sesuai dengan syariah?
3. Bagaimana hubungan sosial mahasiswa perempuan dalam berbusana muslim
yang sesuai dengan syariah?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui penyebab mahasiswa perempuan yang menggunakan busana
muslim sesuai dengan syariah.
2. Untuk mengetahui konsep diri pada mahasiswa perempuan yang berbusana
muslim sesuai dengan syariah.
3. untuk mengetahui hubungan sosial mahasiswa perempuan yang berbusana
muslim syariah.
D. MANFAAT PENETIAN
- Secara teoritis:
Penelitian ini memiliki
manfaat teoritis bagi psikologi perkembangan dan psikologi sosial. Bagi
lapangan ilmu psikolofi perkembangan, hasil penelitian ini dapat menambah
pengetahuan tentang konsep diri pada mahasiswa perempuan yang berbusana muslim
sesuai syariah. Psikologi sosial akan mendapatkan tambahan pengetahuan mengenai
interaksi sosial mahasiswa perempuan yang berbusana muslim sesuai dengan
syariah. Dan terkhusus untuk peneliti, peneliti ingin melihat apakah teori-teori
tentang kosep diri sesuai dengan hasil penelitian terhadap 5 responden yang
berbeda serta mendapatkan wawasan yang lebih mendalam tentang bidang psikologi.
- Secara praktis:
Melalui proses penelitian ini, subjek sebagai respoden lebih memahami gambaran
dan dinamika konsep dirinya serta meningkatkan hubungan sosial antara peneliti
dengan subjek (responden).
Contoh
Proposal Skripsi Pendidikan Pengaruh Lingkungan Sekolah, Peran Guru dalam
Proses Pembelajaran terhadap Motivasi Belajar Siswa
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan
kesuksesan masa depan pada zaman globalisasi. Pendidikan bisa diraih dengan
berbagai macam cara salah satunya pendidikan di sekolah. Menurut Suharsimi
Arikunto (1997:4) menyebutkan bahwa dalam proses pendidikan ada lima faktor
yang berpengaruh yaitu: (1) guru dan personil lainnya, (2) bahan pelajaran, (3)
metode mengajar dan sistem evaluasi, (4) sarana penunjang dan (5) sistem administrasi.
Kelima faktor tersebut di lingkungan sekolah.
Menurut
Suparlan (2008:71) sebuah pendidikan mempunyai tiga komponen utama yaitu
guru,siswa dan kurikulum. Ketiga komponen tersebut tidak dapat dipisahkan dan
komponen-komponen tersebut berada di lingkungan sekolah agar proses kegiatan
belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
Pendidikan disekolah merupakan kewajiban bagi seluruh warga Negara Indonesia,
untuk itu pemerintah telah mencanangkan Wajib Belajar 9 Tahun. Hal ini sejalan
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 3 yang mnyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi individu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Potensi
yang dimiliki siswa berbeda-beda, begitu juga dengan cara mengembangkan potensi
yang dimiliki. Cara mengembangkan bergantung kepada keinginan yang dimiliki
oleh setiap siswa. Hal ini dipengaruhi oleh motivasi setiap pribadi
masing-masing. Motivasi merupakan suatu kondisi yang dimiliki oleh setiap siswa
untuk bertingah laku. Menurut W.S. Winkel (1983:29) siswa yang sudah
duduk di Sekolah Menengah Atas/Kejuruan harusnya lebih dipengaruhi oleh
motivasi intrinsik, karena siswa tersebut sudah mempunyai kesadaran pentingnya
belajar untuk masa depan. Namun dalam realita masih banyak siswa yang belum
dipengaruhi oleh motivasi intrinsik tersebut. Berdasarkan hal-hal
tersebut, sehingga guru mempunyai peran penting untuk mengembangkan motivasi
intrinsik tersebut.
Motivasi yang dimiliki oleh setiap siswa pun berbeda-beda, terutama motivasi
dalam hal belajar atau sering disebut dengan motivasi belajar.
Menurut
Lester D. Crow dan Alice Crow (1948) yang diterjemahkan oleh Kasijan (1984:360)
motivasi dalam belajar harus dibantu dengan bimbingan untuk memahami arti dalam
kegiatan belajar agar siswa tersebut mempunyai keinginan untuk mempelajari yang
seharusnya dipelajari. Jika keinginan setiap siswa dalam belajar harus didukung
oleh bimbingan yang sesuai maka motivasi siswa dalam belajar pun akan semakin
meningkat sehingga tujuan dari motivasi pun juga akan tercapai, yaitu prestasi
belajar.
Menurut B. R. Bugelski (1956) yang diterjemahkan oleh Kasijan (1984:361) motivasi
sangat berhubungan erat dengan perhatian dan sikap guru berperan sangat penting
untuk mendorong siswa agar dapat belajar dengan penuh perhatian. Dengan
demikian, guru merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam
menumbuhkan motivasi siswa. Guru adalah komponen yang sangat penting yang
terdapat di dalam lingkungan sekolah. Lokal Area Network adalah salah satu mata
pelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Lokal Area Network adalah mata
pelajaran praktik yang di lakukan di laboratorium komputer. Lokal Area Network
atau biasa disingkat LAN adalah jaringan komputer yang jaringannya hanya
mencakup wilayah kecil seperti jaringan komputer kampus, gedung, kantor, dalam
rumah, sekolah atau yang lebih kecil.
Peran
guru dalam proses pembelajaran, antara lain sebagai informator/
komunikator, organisator, konduktor, motivator, pengarah dan pembimbing,
pencetus ide, penyebar luas, fasilisator, evaluator, dan pendidik. Dalam proses
belajar mengajar sebagai suatu keseluruhan proses peran guru tidak dapat
dikesampingkan. Karena belajar itu adalah interaksi antara pendidik dalam hal
ini guru dengan peserta didik atau siswa yang menghasilkan perubahan tingkah
laku. Di sekolah, guru merupakan salah satu faktor penentu pokok dalam
peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, proses tersebut harus
dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat menghasilkan prestasi belajar yang
sesuai dengan yang diinginkan. Guru hendaknya tidak menggunakan metode
pelajaran yang monoton seperti ceramah atau mencatat. Dalam proses pembelajaran
guru harus dapat mengguakan metode-metode atau cara mengajar yang baik sehingga
siswa dapat merasa tertarik atau tidak bosan pada saat proses belajar. Hal ini
sangat berpengaruh terhadap motivasi siswa dalam belajar.
SMK
Tamansiswa Jetis Yogyakarta merupakan salah satu SMK yang beralamatkan di
Jalan pakuningratan No. 34A Yogyakarta, dan Bengkel yang terletak di Jalan
Bintaran Wetan no 13 Yogyakarta. Letak sekolah yang terpisah antara bengkel dan
praktik dan sekolah tempat teori menjadikan satu tantangan khusus bagi siswa
dan guru untuk menerima dan memberi ilmu. SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta
mempunyai 3 program studi keahlian, yaitu Teknik Mesin, Teknik Elektro, dan
Teknik Komputer Jaringan. Siswa SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta berasal dari
berbagai latar belakang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang
berbeda-beda dan sebagian diantaranya berasal dari sekolah yang mempunyai
fasilitas sekolah yang minim, sehingga pemahaman siswa mengenai teknologi
informasi pun masih kurang. Hal ini diperoleh dari data yang diambil dari
ketika KKN-PPL yang berlangsung mulai tanggal 18 juli hingga 16 september 2011.
Lingkungan sekolah sangat berperan penting dalam proses belajar siswa. Sarana
prasarana yang terdapat disekolah sangat diperlukan dalam proses pembelajaran.
Sarana prasarana yang tidak lengkap akan membuat proses pembelajaran akan
terhambat. Begitu juga dengan peran guru dalam proses pembelajaran yang
digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kepada siswa.
Sarana prasarana yang berupa ruangan laboratorium harus mencukupi jumlah siswa
yang ada disekolah tersebut, sehingga siswa dapat memiliki satu komputer. Namun
kenyataanya di lapangan sarana prasarana komputer yang ada pun belum memadai.
Setiap siswa pun tidak bisa memiliki satu komputer, namun satu komputer harus
untuk tiga siswa. Hal ini membuat siswa sedikit kesulitan dalam memahami materi
jika ketiga siswa tersebut tidak saling bekerjasama. Di laboratorium komputer
sekolah belum terdapat media pendukung pembelajaran berupa viewer. Sebagian
besar guru mata pelajaran Lokal Area Network dalam proses pembelajarannya masih
menggunakan metode ceramah sehingga guru tidak dapat mempraktikan secara
langsung materi praktik, yang kemudian dapat diikuti secara bersamaan oleh
siswa. Materi yang disampaikan oleh guru, namun guru tidak bisa menunjukan
langsung materi yang dimaksut, sehingga guru harus berjalan satu per satu ke
komputer siswa. Apabila tidak seperti itu hal ini membuat siswa sulit untuk
menerima materi praktik yang diberikan.
Selain itu guru yang mengajar pun tidak harus monoton atau harus mempunyai ide
dalam menjelaskan materi agar seluruh siswa paham dengan materi yang diberikan.
Cara guru yang menjelaskan materi dengan ceramah, dan tidak ada media
pendukung, hal ini menuntut siswa untuk mencatat. Hal ini membuat siswa
mencatat dengan buku seadanya yang siswa bawa ke laboratorium komputer. Buku
catatan yang digunakan untuk mencatat materi yang disampaikan oleh guru LAN,
seringkali dicampur dengan mata pelajaran lain, sehingga siswa sering
mengalami kesulitan dalam belajar. Hal ini akan berpengaruh terhadap disiplin
belajar siswa.
Menurut data yang diperoleh, dari tahun ke tahun masih banyak pula siswa yang
mendapatkan di bawah rata-rata/di bawah nilai ketuntasan untuk mata pelajaran
Lokal Area Network. Nilai-nilai yang masih banyak di bawah nilai ketuntasan
dari tahun ke tahun menimbulkan pertanyaan bagi guru, faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Prestasi tersebut bisa diawali dengan
motivasi belajar siswa yang bisa disebabkan oleh beberapa faktor.
Berdasarkan persoalan-persoalan tersebut maka timbul permasalahan yang perlu
dikaji yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
siswa pada mata pelajaran Lokal Area Network. Faktor- faktor tersebut pada
penelitian ini hanya dibatasi oleh lingkungan sekolah dan peran guru dalam
proses pembelajaran saja. Melalui metode yang sama, maka peneliti mengusulkan
“Pengaruh Lingkungan Sekolah, Peran Guru dalam Proses Pembelajaran terhadap
Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Lokal Area Network di SMK Tamansiswa
Jetis Yogyakarta” sebagai judul penelitian ini.
B. Identifikasi Masalah
1. Nilai
hasil evaluasi belajar yang masih banyak di bawah rata-rata/di bawah nilai
ketuntasan dari tahun ke tahun.
2.
Kurangnya variasi guru terhadap proses pembelajaran dalam menerangkan materi
pelajaran.
3.
Kelengkapan sarana prasarana yang terdapat di laboratorium belum memadai.
4.
Satu komputer tidak bisa “dimiliki” oleh satu siswa, sehingga membuat siswa
sedikit kesulitan dalam memahami materi jika mereka tidak ada saling kerjasama.
5.
Kurangnya perhatian siswa tentang buku catatan tersendiri sehingga siswa
mengalami kesulitan dalam memahami materi.
6.
Rendahnya minat siswa untuk memahami mata pelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Memperhatikan identifikasi masalah diatas, permasalahan yang diteliti dibatasi
dua faktor saja yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa, yaitu
lingkungan sekolah dan peran guru dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran
Lokal Area Network di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta.
C.
Rumusan Masalah
1.
Apakah lingkungan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran Lokal Area Network di SMK Tamansisa Jetis?
2.
Apakah peran guru dalam proses pembelajaran berpengaruh terhadap motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran Lokal Area Network di SMK
Tamansisa Jetis?
3.
Apakah lingkungan sekolah dan peran guru dalam proses pembelajaran berpengaruh
secara bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
Lokal Area Network di SMK Tamansisa Jetis?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dirumuskan
sebagai berikut:
1.
Mengetahui lingkungan sekolah berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa pada
pelajaran Lokal Area Network di SMK Tamansisa Jetis.
2.
Mengetahui peran guru dalam proses pembelajaran guru berpengaruh terhadap
motivasi belajar pada pelajaran Lokal Area Network di SMK Tamansisa
Jetis.
3.
Mengetahui lingkungan sekolah, peran guru dalam proses pembelajaran berpengaruh
secara bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa pada pelajaran Lokal
Area Network di SMK Tamansisa Jetis
F. Manfaat
1.
Manfaat Praktis
a.
Bagi sekolah mata pelajaran Lokal Area Network, hasil penelitian ini
dapat menjadi bahan masukan guna meningkatkan motivasi belajar siswa dalam
mencapai target belajar siswa yang diinginkan dlam mengikuti pelajaran
pelajaran Lokal Area Network.
b.
Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi sarana belajar untuk jadi
seorang pendidik agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan
meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar yang diharapkan
memuaskan.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
guna penelitian ini lebih lanjut yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa
dalam mencapai target belajar yang diinginkan dalam mengikuti pelajaran
Lokal Area Network.
Baca Juga Artikel Di Bawah Ini:
it has been good, make it better for your next post :D
BalasHapusntap jiwa
BalasHapus