BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dakwah merupakan pekerjaan
mengomunikasikan pesan Islam kepada manusia. Secara lebih operasional, dakwah
adalah mengajak atau mendorong manusia kepada tujuan yang definitif yang
rumusannya bisa diambil dari al-Qur`an – Hadits, atau dirumuskan oleh da`i,
sesuai dengan ruang lingkup dakwahnya. Dakwah ditujukan kepada manusia,
sementara manusia bukan hanya teliga dan mata tetapi makhluk yang berjiwa, yang
berfikir dan merasa, yang bisa menerima dan bisa menolak sesuai dengan
persepsinya terhadap dakwah yang diterima.
Sebagai
peristiwa komunikasi, aktivitas dakwah dapat menimbulkan berbagai peristiwa di
tengah masyarakat, peristiwa yang harmoni, yang menegangkan, yang
kontroversial, bisa juga melahirkan berbagai pemikiran, baik pemikiran yang
moderat maupun yang ekstrem, yang sederhana maupun yang rumit, yang parsial
maupun yang konprehensif.
Untuk itu, dalam komunikasi perlu adanya
pengaturan-pengaturan, agar bisa lebih efisien serta produktif dalam prosesnya.
Tentunya hal ini perlu adanya gabungan atau kombinasi antara manajemen dengan
komunikasi itu sendiri, sehingga hasilnya nanti bisa menjadi produk yang
komprehensip dan tepat sasaran.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada
makalah kali ini adalah sebagai berikut :
a.
Apa Pengertian Komunikasi Dakwah ?
b. Apa saja Unsur-unsur komunikasi ?
c.
Bagaimana Hubungnan Proses Komunikasi Dengan Penyampaian Pesan Dakwah ?
d.
Apa Tujuan Komunikasi Dakwah ?
e.
Apa saja Model-model Komunikasi Dalam Penyampaian Dakwah ?
f.
Bagaimana Manajemen komunikasi
dalam proses dakwah ?
g.
Apa saja Pedoman komunikasi yang
baik ?
h.
Apa saja Hambatan – hambatan
terhadap komunikasi yang efektif ?
i.
Apa Urgensi Komunikasi dan Dakwah ?
C.
Tujuan Masalah
Tujuan masalah dari
makalah ini adalah sebagai berikut :
A.
Untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Manajemen Dakwah
B.
Untuk menjadi bahan pengetahuan
C.
Untuk mengetahui pengertian komunikasi dakwah
D. Untuk mengetahui unsur-unsur komunikasi
E.
Untuk mengetahui bagaimana hubungnan proses komunikasi dengan penyampaian pesan dakwah
F.
Untuk mengetahui tujuan dari komunikasi dakwah
G.
Untuk mengetahui apa saja model-model komunikasi dalam penyampaian dakwah
H. Untuk mengetahui manajemen komunikasi dalam proses
dakwah
I. Untuk mengetahui pedoman komunikasi yang baik
J. Untuk mengetahui hambatan – hambatan terhadap
komunikasi yang efektif
K.
Untuk mengetahui urgensi komunikasi dan dakwah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Komunikasi Dakwah
Menurut Colin Chery,
(2010/12/30) berdasarkan pendekatan sosiologis mendefinisikan komunikasi
sebagai uasaha untuk membuat satuan sosial dari individu dengan menggunakan
bahasa, atau tanda dalam memiliki sendiri serangkaian peraturan untuk berbagai
kegiatan guna mencapai tujuan, kominikasi merupakan peristiwa sosial yang
bertujuan untuk memberikan informasi, membentuk pengertian, menghibur, bahkan
mempengaruhi orang lain.
Colin Chery
melanjutkan, sebenarnya dakwah itu sendiri adalah komunikasi, dakwah tanpa
komunikasi tidak akan mampu berjalan menuju target-target yang diinginkan,
demikian komunikasi tanpa dakwah akan kehilangan nilai-nilai Ilahi dalam
kehidupan. Maka dari sekian banyak definisi dakwah ada sebuah definisi yang
menyatakan, bahwa dakwah adalah proses komunikasi efektif dan kontinyu,
bersifat umum dan rasional, dengan menggunakan cara-cara ilmiah dan sarana yang
efesien, dalam mencapai tujuan-tujuannya .
Jalaluddin Rakhmat
(2010/12/30), berpendapat bahwa juru dakwah atau orang yang menyampaikan
(tabligh) pesan dakwah disebut dalam ilmu komunikasi sebagai komunikator atau
orang yang menyampaikan pesan kepada pihak komunikan. Secara umum komunikasi
memiliki kecenderungan menyampaikan pesan-pesan yang sifatnya lebih umum, baik
tentang informasi yang sifatnya ilmiah ataupun yang lainnya. Komunikasi sendiri
memiliki banyak keterkaitan dengan keilmuan-keilmuan umum seperti psikologi,
serta ilmu-ilmu social lainnya. Komunikasi dan dakwah menurut Jalaluddin
Rakhmat dengan menggabungkan ide dakwahnya melalui kemampuan berkomunikasi yang
baik, sehingga jelas bahwa baik kata komunikasi ataupun dakwah secara khusus
tidak memiliki kesamaan, namun secara umum kesamaan antara komunikasi dan
dakwah pada pesannya dimana pesan pada keilmuan bidang komunikasi lebih
bersifat umum sedangkan pesan yang ada dalam keilmuan bidang dakwah lebih
khusus pada bidang keagamaan Islam.
B.
Unsur-unsur
komunikasi
Adapun
unsur-unsur dalam komunikasi adalah sebagai berikut:
a. Pengirim pesan / berita (komunikator)
Pengirim
pesan dalam kontek dakwah adalah seorang da`i yang sudah membekali diri dengan
ilmu dan amal serta wawasan yang luas.
b. Pesan / berita (materi)
Materi
atau pesan dalam dakwah bisa diambil dari al-Qur`an, hadits, serta interpretasi
para ulama atas kedua dalil naqli tersebut. Baik dengan cara deduksi maupun
induksi.
Pesan
tersebut bisa ditunjukkan dalam bentuk verbal (bahasa) atau bentuk nonverbal
(nonbahasa) .
1. Media pengiriman pesan
Media
merupakan sebuah instrumen atau alat untuk menyapaikan pesan tersebut baik
secara atau dengan cara yang lain, contoh seperti majalah, koran, VCD, TV,
dll.
2. Penerima pesan (pembaca, pendengar dll.)
Penerima
pesan adalah objek dari dakwah tersebut, yang mana dalam proses dakwah
seringkali disebut dengan mad`u.
C.
Hubungnan Proses Komunikasi Dengan Penyampaian Pesan Dakwah
Dalam ajaran Islam,
komunikasi mendapatkan tekanan yang cukup kuat bagi manusia sebagai anggota
masyarakat, dan sebagai makhluk Tuhan, Allah Berfirman :
"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika
mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan
manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi
kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan
membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka
durhaka dan melampaui batas" (QS. Ali Imran : 112).
Dalam Interaksi antara
Da'i dan Mad'u, Da'i dapat menyampaikan pesan-pesan dakwah (materi dakwah),
melalui alat atau sarana yang ada. Komunikasi dalam proses dakwah tidsak hanya
ditujukan untuk memberikan pengertian, mempengaruhi sikap, membina hubungan
sosial yang baik, tapi tujuan terpenting dalam berkomunikasi adalah mendorong
Mad'u untuk bertindak melaksanakan ajaran-ajaran agama dengan terlebih dahulu
memberikan pengertian-pengertian, mempengaruhi sikap, dan membina hubungan
baik.
Dalam proses bagaimana
Mad'u menerimsa informasi, mengolahnya, menyimpan, dan menghasilkan informasi
dalam psikologi komunikasi disebut sebagai sistem komunikasi Intra Personal.
Jalaluddin Rakhmat memandang dalam proses penyampaian pesan dakwah melalui
media baik cetak maupun elektronik, seorang juru dakwah harus mampu
menyesuaikan kedudukannnya sebagai komunikator yang berhadapan dengan sekian
banyak audiens dan dengan latar belakang pendidikan, usia, profesi yang
berbeda.
Dalam penyampaian pesan
dakwah secara lisan atau langsung, juru dakwah akan berhadapan dengan kelompok
audiens yang mempunyai kecenderungan sama. Sehingga para juru dakwah dapat
menampilkan penyampaian pesan dakwah yang sesuai dengan kebutuhan. Baik
penyampaian dakwah secara langsung atau tidak langsuang, jelas mempunyai
perhubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan proses komunikasi mengingat
komunikasi mempunyai sifat baik secara langsung atau tidak langsung.
D.
Tujuan Komunikasi Dakwah
Tujuan dakwah ataupun
tujuan komunikasi memiliki kesamaan, komunikasi dan dakwah memiliki tujuan
untuk merubah prilaku orang yang diajak berkomunikasi atau orang yang sedang
menerima dakwah agar mengikuti seruan atau ajakan yang disampaikan. Jalal hanya
tidak pernah menyampaikan komunikasi yang dikaitkan dengan dakwah, namun dalam
pengertian-pengertian yang diuraikan dalam memahami semua unsur dan kegiatan
komunikasi mempunya kesamaan dengan semua unsur dan kegiatan dalam hal dakwah.
Baik tujuan dari komunikasi ataupun tujuan dari dakwah adalah proses dimana
seseorang menghendaki adanya perubahan sikap dan tingkah laku orang atau objek
komunikasi atau dakwah sesuai dengan harapan si pelaku.
Tujuan yang hendak
dicapai dari komunikasi dakwah itu sendiri memiliki tiga dimensi. Pertama,
tujuan awal dimana tujuan dari proses komunikasi dakwah itu adalah terjadinya
perubahan pemikiran, sikap dan prilaku dari komunikan. Kedua, tujuan sementara
dimana tujuan ini hanya difokoskan pada perubahan kehidupan selama di dunia
saja. Adapun yang hendak dicapai dari tujuan komunikasi dakwah itu sendiri
mencakup dua tujuan diatas sampai pada tujuan akhir dimana adanya kebahagiaan
di dunia dan akhirat .
E.
Model-model Komunikasi Dalam Penyampaian Dakwah
Model dakwah dengan lisan (billisan)
Metode dakwah dengan
lisan [ billisan ], maksudnya dengan kata-kata yang lemah lembut, yang dapat
difahami oleh mad’u, bukan dengan kata-kata yang keras dan menyakitkan hati.
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ
مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ
لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
“ Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak
mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan
yang terakhir inilah selemah-lemah iman.” [ H.R. Muslim ].
Contoh: ceramah dalam
majlis taklim,
Model dakwah Bil
Hikmah.
Dakwah bil Hikmah Yakni
menyampaikan dakwah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan
sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas
kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan
kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi
dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ
رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ
أَحْسَنُ
“ Serulah [ manusia ] kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik …….“ [ Q.S. An-Nahl 16: 125 ].
Dalam kitab al-Hikmah
fi al dakwah Ilallah ta’ala oleh Said bin Ali bin wahif al-Qathani diuraikan
lebih jelas tentang pengertian al-Hikmah, antara lain:
Menurut bahasa:
- adil, ilmu, sabar, kenabian, Al-Qur’an dan Injil
- memperbaiki (membuat manjadi lebih
baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan
- ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang
utama dengan ilmu yang utama
- obyek kebenaran(al-haq) yang didapat
melalui ilmu dan akal
- pengetahuan atau ma’rifat.
Menurut istilah Syar’i:
- valid dalam perkataan dan perbuatan,
mengetahui yang benar dan mengamalkannya, wara’ dalam Dinullah, meletakkan
sesuatu pada tempatnya dan menjawab dengan tegas dan tepat.
Contoh:
Kita ingat bagaimana Rasulullah Saw tidak marah saat seorang kaum musyrik
meludahi beliau setiap pergi ke masjid. Suatu hari, ketika Rasulullah Saw pergi
ke masjid, beliau merasakan keanehan karena orang yang setiap saat meludahi
beliau setiap akan pergi ke masjid tidak ada. Sesampainya di masjid Rasulullah
Saw menanyakan kepada para sahabat di mana orang itu berada. Lalu Rasulullah
Saw memperoleh jawaban bahwa orang yang meludahi beliau jatuh sakit. Setelah
mendengar jawaban itu, Rasulullah datang membesuk orang tersebut dan mendoakan
kesembuhan baginya. Akhirnya, orang tersebut kemudian menyatakan diri sebagai
Muslim.
Model dakwah Bil Mauidhotil hasanah
Metode ini dipergunakan
untuk menyeru atau mendakwahi orang-orang awam, yaitu orang yang belum dapat
berfikir secara kritis atau ilmu pengetahuannya masih rendah. Mereka pada
umumnya mengikuti sesuatu tanpa pertimbangan terlebih dahulu dan masih
berpegang pada adat istiadat yang turun temurun. Kepada mereka ini hendak
disajikan materi yang mudah dipahami dan disampaikan dengan bahasa yang
sederhana sehingga mudah dimengerti.
F.
Manajemen
komunikasi dalam proses dakwah
Berbicara
tentang manajemen, tidak akan terlepas dari fungsi manajemen itu sendiri yaitu
perencanaan, pengornanisasian, pelaksanaan dan pengawasan. oleh karena itu
dalam manajemen komunikasi juga terdapat empat (4) fungsi tersebut yaitu.
a.
Pereancanan
Proses perencanan ini merupakan
sebuah diskursus untuk menentukan visi, misi, tujuan, sasaran serta strategi
untuk dikoordinasikan ke suluruh elemen organisasi.
b.
Pengorganisasian
Dalam pengorganisasian tetap akan
berpijak pada konsep 5. W – 1. H, yaitu what (apa), where (di
mana), when (kapan), who
(siapa), why (mengapa), - how (bagaimana)[1][1][7].
What (apa), kaitannya dengan
pembahasan ini adalah materi dakwah yang akan disampaikan.
Where (di mana), menunjukkan lokasi
yang akan dikirimi pesan dakwah tersebut.
when (kapan), mengindikasikan
waktu pelaksanaan penyampaian pesan dakwah.
who (siapa), yaitu subjek
yang akan menyampaikan pesan dakwah tersebut , atau bahasa yang biasa sering
digunakan adalah siapa akan menjadi da`inya.
why (mengapa), pertanyaan ini akan mengungkap atau
mendeskripsikan argumentasi atas pelaksanaan dakwah.
Sedangkan
1 H, yaitu how (bagaimana) adalah substansi dari pada dakwah sendiri, bagaimana
supaya pesan dakwah tersebut bisa leanding kepada mad`u (penerima
pesan).
c.
Pelaksanaan
Menempatkan semua anggota kelompok agar bekerja secara sadar untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan perencanaan dan pola organisasi.
d.
Pengawasan
Suatu proses untuk
menentapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi
bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan sesuai dengan rencana semua.
G.
Pedoman
komunikasi yang baik
Pedoman
ini hendaknya menjadi sebuah pertimbangan bagi sebuah organisasi untuk
terealisasinya visi serta misi organisasi tersebut, yaitu dengan pertimbangan
sebagai berikut:
1. Teliti tujuan sebenarnya dalam setiap
berkomunikasi.
2. Pertimbangkan keadaan fisik dan fisikhis orang lain
dalam berkomunikasi
3. Konsultasikan dengan berbagai pihak setiap proses
manejemen mulai dari merencanakan sampai evaluasi.
4. Perhatikan
tekanan nada dan
eksperesi wajah sesuai
dengan isi pesan
yang disampaikan
5. Perhatikan konsistensi dalam berkomunikasi
6. Jadilah pendengar yang baik dalam berkomunikasi
H.
Hambatan
– hambatan terhadap komunikasi yang efektif
Hambatan
ini setidaknya dua karakter yang sangat mendominasi keefetifan dalam
komunikasi.[2][2][10]
1.
Hambatan Organisasional yaitu
tingkat hirarkhi, wewenang manajerial dan spesialisasi.
Tingkat khirarkhi bila suatu organisasi
tumbuh, dan strukturnya berkembang, akan menimbulkan berbagai masalah komunikasi.
Karena pesan harus
melalui tingkatan (jenjang) tambahan, yang memerlukan waktu
yang lebih lama barulah pesan itu sampai. Wewenang Manajerial artinya, kekaburan wewenang bagi setiap tingkatan pada jabatan tertentu akan membuat pesan
tidak sampai ke seluruh
bagian yang ada dalam organisasi
tersebut.
Spesialisasi artinya
adalah prinsip organisasi, tetapi juga
menimbulkan masalah- masalah
komunikasi, apalagi mereka yang berbeda keahlian bekerja saling
berdekatan. Perbedaan fungsi dan kepentingan
dan istilah-istilah dalam
pekerjaan mereka masing dapat
menghambat, dan membuat kesulitan
dalam memahami, sehingga
akan timbul salah pengertian dan
sebagainya.
2.
Hambatan-hambatan Antar Pribadi
Manejer selalu
menghadapi bahwa pesan yang
disampaikan akan berubah
dan menyimpang dari maksud pertama. Manejer haruslah
memperhatikan hambatan - hambatan antar pribadi seperti: Persepsi selektif, status atau kedudukan
komunikator (Sumber), Keadaaan membela
diri, Pendengaran lemah, dan ketidaktepatan dalam penggunaan bahasa.
Persepsi selektif
adalah suatu proses
yang menyeluruh dengan
mana seorang menseleksi,
mengorganisasikan, dan mengartikan segala pesan yang ia terima. Persepsi seseorang akan dipengaruhi oleh
pengalaman masing-masing. Untuk
itu diharapkan seorang manejer
memahami sebanyak mungkin
tentang kerangka pikir, keinginan, kebutuhan, motif, tujuan dan
tingkat kecerdasan seluruh karyawannya, agar komunikasi dalam organisasi yang
ia pimpin menjadi efektif.
Status Komunikator
artinya hambatan utama
komunikasi adalah kecendrungan untu menilai
terutama kredibilitas sumber. Kredibilitas didasarkan keahlian seseoran dalam bidang yang ia komunikasikan dan tingkat kepercayaan seseorang bahwa komunikator dapat dipercayai.
Keadaan membela
diri. Perasaan membela diri
baik pada pengirim,
maupun penerima pesan, menimbulkan hambatan dalam proses komunikasi. Pendengaran lemah. Manejer harus belajar untuk
mendengar secara efektif agar
mampu mengatasi hambatan ini.
Ketidak tepatan
dalam penggunaan bahasa. Salah satu kesalahan
terbesar yang terjadi dalam proses
komunikasi adalah salah dalam menggunakan
bahasa. Sebagai contoh, perintah
manajer untuk mengerjakan
“secepat mungkin” bisa
berarti satu jam,
satu hari atau satu minggu. Disamping itu bahasa nonverbal yang tidak
konsisten seperti nada suara, ekspresi wajah, dan sebagainya dapat menghambat
komunikasi.
I.
Urgensi Komunikasi dan Dakwah
Bertitik tolak dari
firman Allah dalam Q.s An-Nahl ayat 125 bahwa ada tiga metode dalam berdakwah
yaitu Hikmah, Mauidzah Hasanah, dan Mujadalah. Ketiga metode tersebut
menunjukkan ke-urgensi-an berdakwah bagi kita sebagai umat islam, apalagi kita
korelasikan dengan firman Allah dalam surat Ali-Imran ayat 104. Ayat-ayat
tersebut menunjukkan urgensi dakwah islamiyyah dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila kita kaitkan
dengan urgensi komunikasi dalam dunia dakwah, ini berarti bahwa peranan
komunikasi begitu signifikan dalam dunia dakwah. Hal ini dikarenakan salah satu
cara yang banyak digunakan dalam usaha dakwah ialah melalui komunikasi efektif,
sehingga pokok atau tujuan dakwah kita sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Maksudnya, ada kesesuaian pemahaman antara mubaligh atau penyampai dan mustami’
atau pendengar.
Kecakapan seseorang
dalam berkomunikasi menentukan sejauh mana wawasan pengetahuan yang dimiliki
oleh orang tersebut. Orang yang luas wawasan pengetahuan dan pergaulannya
cenderung mudah melakukan komunikasi, adaptasi, dan sosialisasi. Sebaliknya
orang yang sempit baik wawasan pengetahuan maupun pergaulannya cenderung sulit
dalam menyampaikan suatu ide atau gagasan apalagi ketika ia bersosialisasi
dengan orang lain.
Menurut Beach
(Moekijat, 1993, h. 7), dalam bukunya yang berjudul “Personnel The Management
People at Work” mengatakan bahwa urgensi komunikasi dapat dilihat dari fungsi
komunikasi tersebut, dimana fungsi komunikasi ialah : menyampaikan informasi
pengetahuan dari satu orang kepada orang lain, sehingga akan terbentuk tindakan
kerjasama, komunikasi membantu mendorong dan mengarahkan orang-orang untuk
melakukan sesuatu, komunikasi membentuk sikap dan menanamkan kepercayaan ntuk
mengajak, meyakinkan, dan mempengaruhi perilaku.
Dari uraian tersebut
dapatlah disimpulkan bahwa urgensi komunikasi berhubungan dengan informasi yang
tersampaikan, menanamkan suatu kepercayaan dalam melakukan sesuatu. Urgensi
komunikasi dan dakwah sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari analisis diatas
dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses dakwah merupakan suatu proses
penyampaian informasi nilai-nilai keislaman yang bersifat verbal dan non verbal
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan bertujuan bahwa apa yang
dikomunikasikan Da’i terhadap Mad’u bisa direalisasikan kedalam kehidupan
sehari-hari dengan kesadaran keagamaan, dengan menggunakan metode bil-lisan,
bil-qalam, bil-hal, dan bil-hikmah dengan itu maka pesan dakwah bisa
terealisasikan dengan baik sesuai dengan karakteristik Mad’u.
Peran manajemen
komunikasi dalam mengoptimalkan dakwah, pada intinya bahwa hal ini merupakan
infrastruktur untuk menyampaikan pesan dakwah tersebut kepada mad`u, dalam hal
ini membutuhkan kerja sama seluruh komponen atau elemen organisasi tersebut.
Maka dengan pertimbangan yang komprehensip serta holistik diharapkan pesan
dalam dakwah tersebut bisa leanding
kepada objek dengan maksimal.
B.
Saran
Dalam berdakwah kita harus bisa
membaca situasi dan kondisi , seorang da’i harus bisa mempertimbangkan strategi
dalam berdakwahnya agar sukses dan tepat sasaran. Dan seorang da’i juga harus
bisa berkomunikasi atau berinteraksi dengan mustami’a. di dalam situasi yang
bagaimana kita bisa menggunakan pola komunikasi dengan billisan, dengan bil
hikmah dll, jangan sampai kita selaku da’i salah membaca situasi dan cara
berkomunikasi, yang mengakibatkan gagalnya dalam berdakwah.
Maka menurut colin
chery dakwah tanpa komunikasi tidak akan mampu berjalan menuju target-target
yang diinginkan, demikian komunikasi tanpa dakwah akan kehilangan nilai-nilai
Ilahi dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
.Faizah, Mukhsin Lalu, Psikologi Dakwah, Prenada Media Group : Jakarta,
2009
Anas, Ahmad, Paradigma Dakwah Kontemporer, Aplikasi Teiritis dan Praktis Dakwah
sebagai Solusi Problematika Kekinian, PT. Pusataka Rizki Putra : Semarang, 2006
http://www.ikadi.org
http://afkarcircle.blogspot.com
http://www.pusdai.com
http://id.wikipedia.org
Ruben, Brent D, Stewart, Lea P,
2005, Communication and Human Behaviour, USA: Alyn and
Bacon.
Rakhmat, Jalaluddin, 1985, Psikologi Komunikasi, Bandung : Remadja
Karya. Effendy, Onong Uchjana, 2002, Komunikasi Teori
dan Praktek, Bandung: Remaja Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:
Grasindo Rosdakarya.
Cangara, Hafidz, 2005, Pengantar
Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Al-Ghazali, Muhammad, 1981. Ma’a Allah. Beirut:
Dar Ihya’ al-Turath al-Arabi.
Ali Aziz, Moh, 2004, Ilmu
Dakwah, Ed. I, Jakarta: Kencana, cet. ke-1
Saleh, Abdul Rosyad, 1993, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan
Bintang,
cet. ke-3
AD/ART NU, NU online. Co.id. diakses 25, 12. 2010.
Dkk Kusnadi, Pengantar Manajemen
Konseptual dan Perilaku, Malang : Unibraw. 1999.
Faizah, Effendi Lalu Muchsin, Psikologi Dakwah, Jakarta: Prenada
Media. 2006.
Munir M.
, Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, Jakarta : Prenada Media. 2006.
MCLeod Raymond, Hendra Teguh, Sistem Informasi Manajemen. Jakarta:
PT Bhuana Ilmu Popular. 1995.
P. Robbins Stephen, Perilaku Organisasi Versi bahasa Indonesia. Jakarta: PT Prenhallindo. 2001.
Baca Juga Artikel Di Bawah Ini: