Latar
Belakang
Kata-kata
pendidikan, bimbingan, pengajaran, belajar, pembelajaran sering disebut sebagai
istilah teknis yang kegiatan-kegiatannya lebur dalam aktivitas pendidikan.
Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang sadar diranncang untuk membantu
seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan iImu pengetahuan, pandangan
hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup baik yang bersifat manual individual
dan sosial.[1] Dalam prosesnya, pendidikan
berdampak pada kualitas yang diperoleh, dimana kualitas itu sangat sulit diukur
sebagaimana yang dikemukakan oleh Sagala (2000) bahwa persoalan kualitas amat
rumit dan kompleks, bukan hanya konsep kualitas itu amat relatif tetapi faktor
yang terkait begitu kompleks dan tidak sederhana. Dalam proses pendidikan
hubungan timbal balik antara pendidik dan anak didik berkelanjutan ke arah
tujuan yang hendak diwujudkan bersama yaitu tujuan pendidikan atau tujuan
proses belajar mengajar dengan hasil yang berkualitas.[2]
Oleh sebab
itu, untuk mencapai hal tersebut tentunya sangat perlu ada managemen yang
mengaturnya. Kompleksitas yang ada dalam proses pendidikan tidaklah sederhana
karena berkaitan dengan pembelajaran, kurikulum, tenaga kependidikan yang
profesional, fasilitas, anggaran dan sebagainya. Dengan adanya administrasi
dalam pendidikan maka semua komponen tersebut di atas dapat diatur dan
dikelola sebaik-baiknya. Dalam hal ini seorang kepala sekolah yang sejatinya
adalah seorang top leader mempunyai kewajiban dalam menjalankan
administrasi di lembaga/sekolah yang dipimpinnya.
Salah satu
komponen yang sangat perlu mendapat perhatian adalah kurikulum. Karena memang
kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu
pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dab tepat akan sulit untuk mencapai
tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Menurut Daryanto, pada jenis dan
tingkat sekolah apapun, yang menjadi tugas utama kepala sekolah ialah menjamin
adanya program pengajaran yang baik bagi murid-murid. Inilah tanggung jawab
kepala sekolah yang paling banyak tantangannya, sedangkan stafnya mendapat
bagian tanggung jawab dalam menbantu usaha pelaksanaan dan pengembangan program
pengajaran yang efektif.[3] Oleh sebab itu seorang kepala
sekolah harus mengetahui kebijaksanaan dan langkah-langkah administratif yang
sedang berlaku.
- B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian di atas maka dapat ditarik beberapa permasalahan, yaitu:
- Bagaimana pengertian dan konsep
administrasi kurikulum?
- Apa-apa sajakah kegiatan pokok
dalam operasional kurikulum?
- Apa yang harus di utamakan
dalam kurikulum?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian dan Konsep Administrasi Kurikulum
Sebelum kita
membahas pengertian administrasi kurikulum secara keseluruhan kami akan
membahas secara singkat pengertian administrasi dan kurikulum ketika berdiri
sendiri-sendiri.
1)
Administrasi
Secara
etimologi administrasi berasal dari bahasa Latin “ad” dan “ministro”.
Ad mempunyai arti “kepada” dan ministro berarti “melayani”. Secara bebas
dapat diartikan bahwa administrasi itu merupakan pelayanan atau pengabdian
terhadap subyek tertentu. Memang, zaman dulu administrasi dikenakan kepada
pekerjaan yang berkaitan dengan pengabdian atau pelayanan kepada raja atau
menteri-menteri dalam tugas mengelola pemerintahannya.[4] Pengertian lain yang secara
sederhana dari juga dimekakan oleh Murni Yusuf bahwa administrasi adalah
mengarahkan.[5] Adapun pengertian administrasi
secara luas menurut Syaiful Sagala adalah: “Rangkaian kegiatan bersama
sekelompok manusia secara sistematis untuk menjalankan roda suatu usaha atau
misi organisasi agar dapat terlaksana dengan suatu tujuan tertentu yang telah
ditetapkan.[6]
Jadi administrasi
merupakan suatu hubungan kerjasama untuk saling melayani dan mengarahkan secara
teratur atau sistematis dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan bersama.
2)
Kurikulum
Istilah
kurikulum pada awalnya bukan dipakai dalam dunia pendidikan, yaitu dipakai
sebagai istilah dalam dunia olah raga. Dalam buku Asas-asas Kurikulum, S.
Nasution menyebutkan bahwa dalam kamus Webster kata kurikulum timbul
untuk pertama kalinya pada tahun 1856. Artinya pada waktu itu ialah: a) a
race course; a place for running; a chariot. Yang memiliki arti
“suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan dari
awal sampai akhir”. Kurikulum juga berarti “chariot” semacam kereta pacu zaman
dulu, yakni suatu alat yang membewa seseorang dari start sampai finish.
Disamping itu, penggunaan kurikulum yang semula dalam bidang olah raga,
kemudian dipakai dalam bidang pendidikan, yang dalam kamus webster disebut “applied
particulary to the course of study in a university” kemudian Nasution menambahkan
bahwa pada tahun 1955 dalam kamus Webster kurikulum diberi arti “sejumlah mata
pelajaran disekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi, yang harus ditempuh
untuk mencapai suatu ijasah atau tingkat. Juga berarti keseluruhan pelajaran
yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan.[7]
Dengan
mengacu pada definisi klasik di atas, yang mengemukakan bahwa kurikulum hanya
terbatas pada mata pelajaran saja, berarti ada beberapa kegiatan dan pengalaman
murid yang tidak cocok dengan batasan kurikulum ini. Kegiatan-kegiatan yang
disebut ekstrakurikuler (extra curiculer activities) berada di
luar kurikulum, jadi pengalaman-pengalaman di sekolah tidak termasuk di
dalamnya. Pengalaman-pengalaman seperti bermain di halaman sekolah, jalan,
istirahat dan lain-lain sejenisnya tidak termasuk kurikulum, dianggap bukan
pengalaman belajar.
Namun,
dewasa ini para pemuka pendidikan menonjolkan kenyataan bahwa belajar pada tiap
anak merupakan proses yang berlangsung selama 24 jam tiap hari. Mereka
berpendapat pengalaman-pengalaman dalam perkumpulan kesenian dan olah raga
disekolah dalam darmawisata dan lain-lain, kesemuanya merupakan situasi-situasi
belajar yang kaya akan pendidikan. Karena kurikulum meliputi segala
pengalaman yang sengaja diberikan sekolah untuk memupuk perkembangan anak-anak
dengan jalan menciptakan situasi belajar-mengajar.[8]
3)
Administrasi Kurikulum
Setelah kita
mengetahui secara selayang pandang pengertian masing-masing dari administrasi
dan kurikulum, mari kita arahkan pembahasan pada pengertian administrasi
kurikulum secara keseluruhan.
Administrasi
kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan
secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinyu terhadap
situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.[9]
Seperti
telah disebutkan sebelumnya bahwa pada tingkat sekolah apapun, yang menjadi
tugas utama kepala sekolah ialah menjamin adanya program pengajaran yang baik
bagi murid-murid. Karena pada dasarnya pengelolaan/manajemen pendidikan fokus
segala usahanya adalah terletak pada Praktek Belajar mengajar (PBM). Hal ini
nampak jelas bahwa pada hakikatnya segala upaya dan kegiatan yang dilaksanakan
didalam sekolah/lembaga pendidikan senantiasa diarahkan pada suksesnya PBM.
Hal yang
disebutkan di atas dapat dilihat pada skema berikut:
Peserta
Didik
Personel
(Siswa)
(Guru + TU)
Interaksi Melalui
Bahan Pelajaran
KURIKULUM
Jika melihat
skema diatas digambarkan bahwa peserta didik (siswa) dan pendidik (guru)
berinteraksi melalui bahan pelajaran yang tersusun dalam kurikulum. Interaksi
antara ketiga komponen tersebut, yaitu peserta didik, pendidik, dan kurikulum
merupakan kegiatan yang disebut Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau Proses
Belajar Mengajar (PBM).[10] selanjutnya, PBM akan semakin
baik, efektif dan efisien, bila ditunjang dengan sarana & prasarana,
anggaran/biaya, tata laksana, organisasi dan husemas.
Di samping
hal di atas, menurut Murni Yusuf yang mengutip pendapat Nana Syaodih, bahwa
dalam kaitannya dengan kurikulum, maka ada tiga konsep yang terkait dengan kurikulum:
- Kurikulum merupakan inti pokok
yang menjadi substansi kegiatan di sekolah. Kurikulum berisi perencanaan
kegiatan belajar serta tujuan yang akan dicapai.
- Kurikulum dipandang sebagai
suatu sistem yang meliputi sistem sekolah, sistem pendidikan dan bahkan
sistem masyarakat. Dalam hal ini, tercakup tata laksana perencanaan
kurikulum, pelaksanaan serta evaluasi dan penyempurnaan kurikulum.
- Kurikulum sebagai suatu studi
yang dikaji oleh para ahli di bidang kurikulum. Dalam kaitan ini, para
ahli kurikulum berupaya melakukan pengembangan dan inovasi di bidang
kurikulum.[11]
Dengan
demikian, kegiatan dalam administrasi kurikulum tiada lain adalah berbagai
kegiatan yang bertujuan untuk melaksanakan dan mengembangkan kurikulum sehingga
kurikulum dapat dijadikan sebagai instrumen dalam mencapai tujuan dan sasaran
pendidikan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip administrasi, kurikulum kemudian
dikembangkan, sehingga dalam pelaksanaannya kurikulum dapat mencapai sasaran
pendidikan yang diharapkan. Setidaknya, kegiatan administrasi kurikulum
menghendaki agar rumusan kurikulum benar-benar berangkat dari kebutuhan akan
sebuah instrumen yang terencana dengan baik, sehingga dalam pelaksanaannya
dapat berjalan dengan baik pula.
- B. Kegiatan Pokok
Operasional Kurikulum
Seperti yang
disebutkan sebelumnya bahwa seorang kepala sekolah mempunyai tanggung jawab
dalam memenej kurikulum yang akan di terapkan di sekolah yang dipimpinnya. Oleh
sebab itu, kepala sekolah harus mengetahui hal-hal yang menyangkut pengelolan
kurikulum yang nantinya akan menetukan tercapai atau tidaknya tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Menurut Imron Fauzi pelaksanaan dan pembinaan
kurikulum meliputi tiga hal, yakni:
- Mempedomani dan merealisasikan
apa yang tercantum di dalam kurikulum sekolah yang bersangkutan dalam
usaha mencapai dasar-dasar dan tujuan pendidikan dan pengajaran
- menyusun dan melaksanakan
organisasi kurikulum beserta materi-materi, sumber-sumber dan
metode-metode pelaksanaanya, disesuaikan dengan pembaharuan pendidikan dan
pengajaran serta kebutuhan mesyarakat dan lingkungan sekolah
- kurikulum bukanlah merupakan
sesuatu yang harus didikuti dan diturut begitu saja dengan mutlak tanpa
perubahan dan penyimpangan sedikitpun. Kurikulum meripakan pedoman bagi
para guru dalam menjalankan tugasnya.[12]
Sejalan
dengan Fauzi, Ary Gunawan mengemukakan bahwa secara operasional kegiatan
administrasi/manajemen kurikulum itu meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu:
Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru, kegiatan yang berhubungan dengan
peserta didik, kegiatan yang berhubungan dengan seluruh civitas akademika atau
warga sekolah/lembaga pendidikan.[13]
1)
Kegiatan yang berhubungan dengan guru
a)
Pembagian jam mengajar.
Sebagai PNS
umumnya wajib bertugas:
-
Senin sampai Kamis,
Mulai jam
07.00 sampai 14.00 = 4 x 7 jam = 28 jam
-
Jumat,
mulai jam
07.00 sampai 11.00 = 1 x 4 jam = 4 jam
-
Sabtu,
Mulai jam
07.00 sampai 12.30 = 1 x 5,5 jam = 5,5 jam
Jumlah
= 37,5 jam
Adapun
kewajiban mengajar bagi seorang guru sebanyak 24 jam pelajaran/minggu, dengan
ketentuan bahwa tiap satu jam pelajaran berlangsung selama 45 menit. Maka:
24 x 0.75
jam
= 18 jam
Sedankan
tugas membuat persiapan mengajar dan koreksi dihitung
sebanyak:
= 19,5 jam
= 37,5 jam
b)
Tugas dalam mengikuti jadwal pelajaran
Ada tiga
jenis jadwal pelajaran untuk guru yaitu; jadwal pelajaran kurikuler,
kokurikuler dan ekstrakurikuler.
c)
Tugas guru dalam kegiatan PBM
Tugas ini
merupakan serangkaian kegiatan pengajaran / instruksional untuk mencapai hasil
pengajaran yang optimal, yaitu:
-
Membuat persiapan / perencanaan pembelajaran
-
Melaksanakan pengajaran
-
Mengevaluasi hasil pengajaran
2)
kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik
kegiatan-kegiatn
peserta didik demi suksesnya PBM tertera dalam jadwal kegiatan belajar yang
telah disusun oleh sekolah secara pedagogis beserta jadwal tes/ulangan/ujian,
dan jadwal kegiatan belajar yang diatur sendiri oleh siswa dalam strategi
menyukseskan hasil studinya. Seorang pelajar atau mahasiswa yang studinya aktif
dan kreatif biasa menyusun jadwal untuk waktu-waktu belajar, rekreasi/rileks,
tugas sosial, membaca koran, dan sebagainya.
3)
Kegiatan yang behubungan dengan seluruh civitas akademika
Kegiatan ini
merupakan sinkronisasi segala kegiatan sekolah yang kurikuler, ekstrakurikuler,
akademik / non akademik, hari-hari kerja, libur, karyawisata, hari-hari besar
nasional agama dan sebagainya.
Demikianlah
tiga hal pokok yang berhubungan dengan kegiatan operasional dari kurikum yang
seyogyanya harus diperhatikan oleh seorang kepala sekolah. Seorang kepala
sekolah bertanggung jawab menugaskan stafnya dalam bidang kurikulum untuk
mengawasi hal-hal yang tersebut diatas demi tercapai dan suksesnya tujuan
pendidikan.
Disamping
ketiga kegiatan pokok tersebut di atas, nampaknya masih perlu di ketengahkan
kegiatan-kegiatan penunjang PBM untuk dibahas yaitu bimbingan dan penyuluhan
atau bimbingan dan konseling, usaha kesehatan sekolah (UKS), dan perpustakaan.
Dalam upaya meningkatkan suksesnya PBM, maka beberapa kendala PBM perlu
diatasi, yaitu faktor kelengkapan bahan bacaan.
a)
Faktor kesehatan nonfisik / psikologis
Seorang
peserta didik bisa kurang sukses dalam PBM bila jiwanya mengalami
gangguan/distorsi, seperti sedang patah hati, risau, mengalami gangguan rumah
tangga, gangguan sosial / ekonomi dan gangguan-gangguan lain yang dapat
mempengaruhi psikis. Dalam kondisi seperti kasus-kasus di atas sebaiknya siswa
atau mahasiswa segera pergi ke petugas BP atau BK sekolah atau Perguruan Tinggi
untuk mendapatkan penyelesaian masalah secara baik, melalui diagnosis,
prognosis, terapi dan tindak lanjut seperlunya.
b)
Faktor kesehatan fisik
Seorang
peserta didik bisa kurang sukses atau terganggu PBM-nya bila di sekolah
tiba-tiba ia sakit kepala, sakit perut, terluka (ringan), demam dan lain
sebagainya. Maka ia dapat segera meminta untuk mengobati sakitnya agar dapat
kembali mengikuti PBM dengan baik. Dengan demikian jasa UKS di sekolah adalah
sebagai penunjang PBM, siswapun tidak perlu kehilangan pelajaran terlalu
banyak.
c)
Faktor kelengkapan bahan bacaan
Seorang
peserta didik bisa kurang sukses atau terganggu PMB-nya karena kurang lengkap
bahan bacaannya, maka ia dapat segera memanfaatkan jasa perpustakaan sekolah,
sehingga ia terbebas dari gangguan PBM. Jika ditinjau dari fungsinya,
perpustakaan bukan hanya sebagai tempat penyimpan buku dan sebagai penunjang
kegiatan PBM. Maka perpustakaan lebih tepat masuk dalam administrasi kurikulum
bersama BP dan UKS.
- C. Aspek Utama Kurikulum
Dalam garis
besarnya ada tiga anggapan yang berbeda-beda,[14] yaitu:
1)
Karena sekolah didirikan oleh dan ditengah-tengah masyarakat, untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, maka program pengajarannya harus mementingkan keadaan,
latar belakang dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
2)
Karena usaha pendidikan adalah mendidik individu, maka kurikulum harus disusun
berdasarkan keadaan, sifat dan kebutuhan-kebutuhan individu
Seperti kita
lihat di atas, anggapan pertama berorientasi kepentingan masyarakat atau
sosial, sedangkan anggapan kedua mementingkan individu atau berorientasi
psikologis. Barangkali tidak ada orang yang mau mempertahankan salah satu
pendapat dalam bentuk ekstrim. Dalam kenyataannya setiap program pengajaran
yang berpedoman pada kepentingan masyarakat, sampai batas-batas tertentu
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan individu pula, dan sebalinya setiap kurikulum
yang berorientasi psikologis dengan sendirinya memperhatikan kepentingan
masyarakat pula.
Pendirian
yang ketiga selain dari dua yang di atas menganggap tidak ada pertentangan
secara prinsipil di antara keduanya. Kita tidak usah berpegang pada salah
satunya, sebab itu benar-benar tidak realistis. Individu hanya dapat mewujudkan
dirinya sebagai individu jika dia berada dalam masyarakat tempat dia hidup.
Karena itu kurikulum harus berorientasi pada individu di dalam masyarakat.
Pendapat
yang terakhir ini nampaknya memang yang paling cocok atau sejalan dengan
filsafat pendidikan dan tujuan dari pendidikan nasional seperti yang tertuang
dalam pembukaan UUD 1945, “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”.
Aspek lain
dalam masalah di atas adalah persoalan: Apakah kurikulum harus ditentukan oleh
kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan orang dewasa (persiapan untuk menghadapi
masa dewasa) atau harus ditentukan oelh kebutuhan dan kepentingan murid
sekarang ini. Pihak yang mempertahan kurikulum harus tersusun semata-mata dari
mata pelajaran yang didasarkan pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat, biasanya
berpendirian bahwa tugas fungsi pendidikan ialah untuk kehidupan orang dewasa.
Karena itu kurikulum harus banyak mengandung pelajaran-pelajaran yang berguna
untuk anak di masa akan datang. Pendapat yang menetang pendidirian di atas
mengemukakan teori bahwa anak harus di anggap sebagai anak dengan hak-haknya,
bukan sebagai orang dewasa dalam bentuk mini. Karena itu kurikulum harus
memperhatikan masalah-masalah yang menyangkut anak saja.
Dari kedua
pendapat di atas, muncul pendapat ketiga yang mengemukakan pendirian bahwa pada
dasarnya tidak usah ada pertentangan antara kedua pendirian di atas, karena di
dalam kurikulum cukup di perhatikan kebutuhan-kebutuhan dan
kepentingan-kepentingan kedua belah pihak, baik anak maupun orang dewasa.
Kurikulum harus memuat pengalaman-pengalaman belajar yang sekaligus menyangkut
kepentingan langsung di dalam kehidupan anak dan mempersiapkan mereka untuk
hidup di masa dewasa kelak. Dikemukakan pula bahwa: “mempersiapkan anak untuk
kehidupan orang dewasa” berimplikasi masyarakat yang statis dimana
kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan orang dewasa kelak dapat diramalkan pada
anak-anak yang ada sekarang.
Pendapat
terakhir dalam memberikan pemecahan masalah-masalah anak yang di hadapi
sekarang dan menyangkut kepentingan anak di masa depan, ialah meningkatkan
penggunaan kecerdasan secara fleksibel, mempersiapkan anak untuk menyesuaikan
diri kepada perubahan-perubahan pesatdari keanekaragaman dunia dewasa ini.
Pandangan terakhir ini nampaknya memberikan landasan yang sehat untuk menyusun
kerangka yang fleksibel namun mantap untuk perencanaan kurikulum.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat di tarik beberapa kesimpulan:
- Administrasi kurikulum
merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara
sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinyu terhadap
situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi membantu
tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
- secara operasional kegiatan administrasi/manajemen
kurikulum itu meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu:
- Kegiatan yang berhubungan
dengan tugas guru
- Kegiatan yang berhubungan
dengan peserta didik
- Kegiatan yang berhubungan
dengan seluruh civitas akademika atau warga sekolah/lembaga pendidikan.
- Dalam kenyataannya setiap
program pengajaran yang berpedoman pada kepentingan masyarakat, sampai
batas-batas tertentu memperhatikan kebutuhan-kebutuhan individu pula, dan
sebalinya setiap kurikulum yang berorientasi psikologis dengan sendirinya
memperhatikan kepentingan masyarakat pula.
Dikemukakan
pula bahwa kurikulum harus memuat pengalaman-pengalaman belajar yang sekaligus
menyangkut kepentingan langsung di dalam kehidupan anak dan mempersiapkan
mereka untuk hidup di masa dewasa kelak.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto,
H.M., Administrasi Kurikulum, Rineka Cipta, Jakarta, 2001.
Gunawan, Ary
H., Administrasi Sekolah “Administrasi Pendidikan Mikro”, Jakarta:
Rineka Cipta, 1996.
Nasution,
S., Asas-asas Kurikulum, Bumi Aksara, Jakarta, 2006.
Sagala,
Syaiful., Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung, 2000.
[1] Syaiful Sagala, Administrasi
Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2000), h. 1.
[3] H.M Daryanto, Administrasi
Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 36.
[6] Syaiful Sagala, Op.Cit.,
h. 26.
[7] S. Nasution, Asas-asas
Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 1-2.
[8] H.M. Daryanto, Op.Cit., h.
38.
[9] Ary H. Gunawan, Administrasi
Sekolah “Administrasi Pendidikan Mikro”, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h.
80.
[13] Ary H. Gunawan, Op.Cit.,
h. 80.
[14] H.M Daryanto, h. 41-43.
Baca Juga Artikel Di Bawah Ini: