PENENTUAN DAN PENYUSUNAN ALAT
EVALUASI
A. Penentuan Pendekatan dan Cara
Evaluasi
1. Pendidikan
dalam Evaluasi
Dalam evaluasi hasil belajar dikenal adanya dua
pendekatan : Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).
Dalam PAN, nilai yang diperoleh siswa tergantung pada kedudukan hasil belajar
yang tercapainya dalam kelas. Siswa A yang dapat menjawab dengan betul 5 dari
10 soal yang diberikan dapat saja memperoleh nilai 7 atau 8 jika kebanyakan
siswa dalam kelas yang bersangkutan berada di bawah hasil yang dicapainya.
Dalam PAP, nilai yang diperoleh siswa tergantung dari seberapa jauh
tujuan-tujuan yang tercermin dalam soal-soal tes yang diberikan dapat dikuasai,
tanpa memperdulikan hasil yang dicapai oleh kelas atau siswa-siswa lain, yang
memperoleh nilai 5 / 10 x 10 = 5
Sehingga dapat disimpulkan untuk mengevaluasi
keberhasilan siswa dan program pengajaran dalam mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan lebih tepat digunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan atau
PAP.
2. Cara-cara
dalam Evaluasi
Dalam menilai seberapa jauh TIK telah dikuasai oleh
para siswa, dapat digunakan berbagai cara, sesuai dengan isi rumusan TIK
tersebut. Adapun cara-cara yang dimaksud meliputi tertulis, tes lisan, dan tes
perbuatan/tindakan.
a.
Tes tertulis
Dalam melaksanakan tes tertulis, guru menyiapkan
butir-butir tes acara secara tertulis dan para siswapun memberikan jawaban
secara tertulis pula. Cara evaluasi ini banyak dilakukan oleh para guru dengan
hasil yang menghasilkan. Hal ini terjadi apabila butir tes disusun dengan baik
dan para guru mengadakan pengawasan dengan cermat pada saat tes berlangsung.
Evaluasi secara tertulis ini dapat dilaksanakan dalam tes bentuk objektif dan
tes bentuk uraian. Tes bentuk objektif dapat dibagi atas empat jenis, yaitu :
1) Tes benar /
salah
2) Tes pilihan
ganda
3) Tes
menjodohkan
4) Tes
melengkapi / jawaban singkat
Adapun tes bentuk uraian dapat dibagi atas dua jenis,
yaitu :
1) Tes uraian
terbatas
2) Tes uraian
bebas
b. Tes lisan
Dalam melaksanakan tes lisan ini, guru memberikan
pertanyaan secara lisan dan siswa langsung diminta menjawab secara lisan pula.
Tes ini dapat dilaksanakan baik secara individual maupun secara kelompok, namun
pada umumnya dilakukan secara individual. Sehubungan dengan itu, tes lisan ini
jarang digunakan pada siswa-siswa yang jumlahnya besar karena pelaksanaannya
akan membutuhkan waktu yang lama. Tes ini mudah digunakan jika jumlah siswa
yang dinilai yang dinilai cukup terbatas
c.
Tes
perbuatan
Dalam tes ini, siswa ditugasi untuk melakukan sesuatu
perbuatan yang sesuai dengan jenis keterampilan yang terkandung dalam TIK. Tes
yang diberikan guru dalam praktek pelajaran Olahraga, Keterampilan, dan
sejenisnya adalah contoh-contoh dari tes perbuatan.
Tes perbuatan biasanya dilakukan dalam bentuk
pemberian tugas kepada siswa, misalnya :
-
Siswa
diminta melakukan lompat tinggi;
-
Siswa diminta
membuat patung dari tanah liat
3. Bentuk Tes
Keahlian dan kecakapan menyusun soal tes merupakan
pernyataan mutlak yang harus dimiliki oleh setiap guru. Dengan soal yang baik
dan tepat akan diperoleh gambaran prestasi siswa yang sesungguhnya. Demikian
pula sebaliknya, dengan soal yang tidak tersusun dengan baik dan tepat, tidak
akan diperoleh gambaran tentang prestasi siswa yang sesungguhnya.
Uraian singkat dibawah ini sekedar memberikan gambaran
umum bagaimana menyusun soal tes bentuk uraian serta soal tes bentuk objektif.
a. Tes Bentuk
Uraian
Tes bentuk uraian bertujuan untuk mengukur kemampuan
siswa menguraikan apa yang dalam pikiarannya tentang sesuatu masalah yang
diajukan oleh guru.
Tes bentuk ini terbagi atas dua jenis :
1) Uraian
bebas, yakni tes yang soal-soalnya harus dijawab dengan uraian secara bebas.
2) Uraian
terbatas, yakni tes yang soalnya menuntut jawaban dalam bentuk uraian yang
telah terarah
Tes uraian ini lebih mudah memerikasannya, karena
dapat ditetapkan standar jawaban yang benar.
Tes bentuk uraian ini pada umumnya dianggap tepat
apabila kita akan mengevaluasi kemampuan siswa dalam :
a) Menganalisis
masalah secara ilmiah
b) Menarik
kesimpulan tentang sesuatu
c) Menyusun
gagasan secara konseptual
d) Melukiskan
suatu proses
e) Menguraikan
sebab-akibat
f)
Mendiskusikan
masalah
b. Tes Bentuk
Objektif
Tes bentuk objektif sangat beragam jenisnya. Setiap
jenis memiliki nilai kegunaan masing-masing sesuai dengan maksud dan tujuan
diadakannya evaluasi. Yang popular diantara berbagai jenis tes objektif ialah :
1) Bentuk
benar-salah
Soal ini dibuat dalam bentuk pernyataan. Tugas murid
menetapkan apakah pernyataan ini benar atau salah. Agar tidak terjadinya dalam
menentukan pilihan, soal tes hendaknya secara tegas membedakan benar dan
salahnya suatu pernyataan bberdasarkan konsep tertentu.
Contoh :
Lingkarilah B bila pernyatan ini benar, atau S bila
pernyataan tersebut salah.
B-S 1. Semua benda dapat menghantarkan listrik
2) Bentuk
pilihan ganda
Bentuk soal ini menyediakan sejumlah kemungkinan
jawaban, satu diantaranya adalah jawaban yang benar. Tugas siswa adalah memilih
jawaban yang benar itu dari sejumlah kemungkinan yang tersedia.
Contoh :
Pilihlah satu kemungkinan yang benar dengan melingkari
huruf A,B,C,atau D yang terdapat di depan jawaban tersebut.
Yang dimaksud dengan urbanisasi ialah :
A. Pindahnya
penduduk dari pulau ke pulau
B. Pindahnya
penduduk dari satu negara ke negara lain
C. Pindahnya
penduduk dari desa ke kota
D. Pindahnya
penduduk dari kota ke desa
3) Bentuk
menjodohkan
Dalam bentuk ini, siswa diminta menjodohkan secara
tepat setiap butir soal dengan pasangannya pada kemungkinan jawaban.
Contoh :
Jodohkan butir soal bagian A dengan B
No
|
Bagian A
|
Bagian B
|
1.
|
Pilipina
|
Bangkok
|
2.
|
Malaysia
|
Manila
|
3.
|
Muang thai
|
Beijing
|
4.
|
Jepang
|
Kuala lumpur
|
|
|
Tokyo
|
Bentuk soal ini harus mencantumkan penjodoh yang lebih
banyak dari jumlah butir soalnya.
c.
Bentuk
Melengkapi
Bentuk ini terdiri dari serangkaian
pernyataan/paragraph yang dihilangkan sebagian unsurnya, sehngga tidak lengkap.
Siswa diminta melengkapi kalimat paragraph tersebut.
Contoh :
Binatang pemakan rumput disebut…..
Binatang pemakan daging disebut…..
B.
Penyusunan
Alat Evaluasi
Salah satu kemampuan yang dimiliki
oleh setiap guru ialah kemampuan merencanakan dan melaksanakan evaluasi hasil
belajar dengan baik, termasuk kemampuan menyusun tes.
1.
Kriteria Tes
Yang Baik
a.
Suatu tes
dikatakan valid jika tes itu mengukur apa yang
sesungguhnya ingin diukur. Jika suatu tes dimaksudkan
untuk mengukur kemampuan berhitung, maka soalnya harus dibatasi pada kemampuan
berhitung, jangan menuntut kemampuan yang lain, seperti kemampuan berbahasa,
dan sebagainya.
b. Suatu tes
dikatan realiabel jika tse itu memperlihatkan hasil yang sama ( tetap ) ketika
diberikan pada waktu yang berbeda terhadap individu atau kelompok yang sama.
c.
Suatu tes
dikatan objektif jika penilaian dari dua orang atau lebih terhadap suatu
jawaban yang diberikan sama atau menunjukkan hasil yang sama.
Dalam hubungan dengan kriteria
tersebut, khusus bagi tes yang disusun untuk menilai efektivitas program
pengajaran, ada dua hal yang perlu diperhatikan terutama berkenaan dengan
kriteria validitas yaitu kesesuaian soal dengan TIK dan kesesuaian soal dengan
kaidah – kaidah konstruksi tes.
2.
Kesesuaian
Soal dengan TIK
a.
Kesesuaian
Jenjang Kemampuan
Dalam menyusun butir tes, hendaknya
diperhatikan kesesuaian dengan jenjang kemampuan yang terkandung dalam TIK.
Jika jenjang kemampuan dalam TIK mencerminkan jenjang ingatan maka soal
tes hendaknya juga mengukur jenjang ingatan.
b. Kesesuaian
Lingkup Isi
Disamping kesesuaian dalam jenjang
kemampuan, antara TIK dan tes hendaknya terdapat pula kesesuain dalam lingkup
isi.
Perhatikan contoh soal tes berikut:
1. Sebutkan
ciri – ciri surat yang baik
2. Sebutkan
berbagai jenis surat yang anda ketahui
Sekalipun kedua contoh mencerminkan jenjang kemampuan
yang sama ( ingatan ), lingkup isi yang terkandung di dalamnya berbeda karena
yang pertama tentang ciri – ciri surat, sedangkan yang kedua tentang jenis –
jenis surat.
Jika TIK-nya berbunyi: “ Murid dapat menyebutkan ciri
– ciri surat yang baik “, maka dilihat dari lingkup isi nya, contoh soal 1) lah
yang tepat, bukan contoh 2).
3.
Kesesuain
Soal dengan Kaidah – Kaidah Konstruksi Tes
Di samping kesesuaian dalam jenjang
kemampuan dan lingkup isi, dalam menyusun soal – soal tes perlu diperhatikan
pula kesesuain dengan kaidah – kaidah yang berlaku dalam penyusunan atau
konstruksi tes, baik tes bentuk uraian maupun tes bentuk objektif.
- Tes Bentuk Uraian
Dalam soal – soal tes bentuk uraian, siswa diminta
merumuskan, mengorganosasi dan menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian.
Seperti pernah dijelaskan sebelumnya bahwa soal – soal bentuk uraian ini terbagi
dalam dua jenis, yaitu uraian bebas dan uraian terbatas.
Kaidah – kaidah yang perlu diperhatikan dalam
merumuskan soal – soal bentuk urain, baik bebas maupun terbatas antara
lain:
-
rumusan soal
– soal hendaknya jelas, dilihat dari pilihan kata atau istilah yang dipakai
maupun struktur kalimatnya.
-
Rumusan soal
– soal hendaknya cukup singkat dalam arti tidak bertele – tele melainkan
langsung pada pokok persoalannya ( to the point ).
- Tes Bentuk Objektif
Dalam soal – soal bentuk objektif di kenal bentuk
Benar – Salah, Pilihan Ganda, Menjodohkan, dan Melengkapi atau Isian.
Kaidah – kaidah yang perlu diperhatikan dalam
penyusuna masing – masing jenis atau bentuk soal diatas adalah:
1) Benar –
Salah
Bentuk tes yang soalnya berupa pernyataan. Setiap
pernyataan mengandung dua kemungkinan Benar atau Salah. Biasanya soal ini
berisi tentang fakta,definisi dan prinsip – prinsip.
Adapun kaidah – kaidah konstruksi tesnya antara lain:
a) Menghindari
pernyataan – pernyataan yang mengandung perkataan: kadang – kadang, pasti, pada
umumnya dan sejenis nya yang dapat memberi indikasi benar tidaknya pernyataan
tersebut.
b) Menghindari
pengambilan kalimat langsung dari buku pelajaran.
c) Menghindari
suatu pernyataan yang merupakan suatu pendapat yang masih dapat diperdebatkan
kebenarannya.
d) Penyusunan
pernyataan Benar – Salah dalam tes dilakukan secara acak, misalnya:
B,B,S,B,S,S…dan seterusnya.
2) Pilihan
Ganda
Bentuk soal pilihan ganda menyediakan sejumlah kemungkinan
jawaban satu di antaranya adalah jawaban yang benar.
Adapun kaidah – kaidah konstruksi tesnya antara lain:
a) Pokok soal
merupakan masalah yang dirumuskan dengan jelas.
b) Perumusan
pokok soal dan alternatif jawaban hendaknya di batasi pada hal – hal yang
diperlukan saja.
c) Hanya
terdapat satu kemungkinan jawaban yang benar.
d) Alternatif
jawaban harus logis dan pengecoh harus berfungsi.
e) Usahakan
tidak menggunakan option yang berbunyi “ semua jawaban salah“
3) Menjodohkan
Bentuk soal ini berisi pertanyaan yang terdiri atas 2
kelompok yang peralel ( pernyataan dan jawaban ) yang harus dijodohkan satu
sama lain.
Adapun kaidah – kaidah konstuksi tesnya antara lain:
a) Hendaknya
materi yang diajukan berasal dari hal yang sama, sehingga pertanyaan yang
diajukan bersifat homogen
b) Usahakan
agar pertanyaan dan jawaban mudah dimengerti
c) Jumlah
jawaban hendaknya lebih banyak dari pada jumlah pertanyaan
d) Gunakan
simbol yang berlainan untuk pertanyaan dan jawaban, misalnya 1, 2 dan
seterusnya, untuk pertanyaan, serta a,b dan seterusnya untuk jawaban
4) Melengkapi
Bentuk soal melengkapi merupakan soal yang menghendaki
jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat atau simbol dan jawabannya hanya
dapat dinilai dengan benar atau salah.
Adapun kaidah – kaidah konstruksi tesnya antara lain:
a) Tidak
menggunakan pernyataan yang langsung di ambil dari buku
b) Pernyataan
hendaknya menggandung hanya satu kemungkinan jawaban yang dapat diterima
4.
Langkah –
Langkah Menyusun Tes
a.
Pembuatan
Kisi – Kisi
Agar terdapat kesesuian antara TIK dan soal tes baik
dalam aspek jenjang kemampuan maupun lingkup isi perlu dibuat kisi – kisi atau
blue-print, yang kolomnya berisi pokok – pokok bahan dan lajurnya berisi
jenjang kemampuan ( Ingatan, Pemahaman, Aplikasi, dan seterusnya ) seperti
terlihat dalam contoh berikut :
Pokok Bahan
|
Jenjang
|
I
|
P
|
A dst…
|
Konsep
lingkungan
|
3
|
4
|
2
|
Lingkungan
alam
|
3
|
5
|
2
|
Lingkungan
sosial
dst…
|
2
|
4
|
3
|
Angka – angka yang terdapat dalam contoh kisi – kisi
menunjukkan butir atau soal tes yang akan dikembangkan dalam suatu unit bahan
tertentu.
b. Penyusunan
Soal
Berdasarkan TIK yang telah dirumuskan dengan mengacu
pada kisi – kisi yang ada, kini disusun soal – soal tes untuk menilai taraf
pencapaian masing – masing TIK, dengan memperhatikan:
1) kesesuaian
dalam jenjang kemampuan
2) kesesuaian
dalam lingkup isi
3) kaidah –
kaidah konstruksi tes
c.
Perakitan
Tes
Setelah setiap soal selesai disusun dan
diperbaiki antara lain berdasarkan patokan – patokan di atas, maka dilakukan
perakitan untuk menghasilkan suatu tes yang utuh disertai dengan petunjuk
pelaksanaannya.
Dalam merakit tes tersebut, perlu diperhatikan tata
urutan soal – soalnya, dengan mempertimbangkan urutan bahan serta jenjang
kemampuan yang terkandung dalam setiap soal.
Jika bentuk soal yang digunakan adalah bentuk
objektif, perlu diperhatikan pula agar jawaban benar dan salah tidak terurut
secra teratur sehingga memudahkan penerkaan oleh siswa, melainkan disusun
secara acak.
PENENTUAN MATERI DAN KEGIATAN
BELAJAR-MENGAJAR
A. PENENTUAN
MATERI PELAJARAN
1. Pengertian
dan Persyaratan materi
Materi pelajaran merupakan sesuatu
yang disajikan guru untuk diolah dan kemudian dipahami oleh siswa, dalam rangka
pencapaian tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Dalam perencanaan
pengajaran, materi yang perlu ditetapkan ada dalam langkah ketiga, setelah
perumusan tujuan dan penyusunan alat evaluasi baru berupa;
a.
Pokok-pokok
bahan; dan
b. Rincian
setiap pokok bahan.
Contoh:
Tujuan Instruksional
|
Materi pelajaran
|
Murid dapat mengubah kalimat aktif menjadi kalimat
pasif
|
1. Ciri
kalimat aktif dan pasif
1.1 Ciri
kalimat aktif
1.2 Ciri
kalimat pasif
2. Perbedaan
kalimat aktif dan pasif:
2.1 Susunan
kalimat
2.2 Bentuk
kata kerja yang dipakai
3. Dst.
|
Dari contoh di atas dapat diketahui
bahwa pada langkah ini, materi pelajarn belum dikembangkan dalam bentuk yang
telah terurai dengan lengkap, melainkan baru dalam bentuk butir-butirnya saja
untuk memberikan gambaran mengenai lingkup dan rincian bahan yang akan dibahas.
Ada beberapa yang perlu diperhatikan
dalam menetapkan materi pelajaran, antara lain:
a.
Materi
pelajaran hendaknya sesuai dengan tercapainya tujuan instruksional.
Di Negara manapun, sekolah adalah tempat pendidikan
yang berfungsi mengembangkan seluruh aspek kepribadian peserta didik atau
siswa, yang meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pemenuhan
fungsi tersebut diwujudkan antara lain melalui pemberian berbagai jenis bidang
studi atau mata pelajaran, seperti Pendidikan Agama, PMP, IPA, IPS, Bahasa,
Pendidikan Jasmani, Kesenian, dsb.
Untuk itu, materi pelajaran yang diberikan dalam
setiap mata pelajaran hendaknya mendukung pencapaian tujuan instruksional mata
pelajaran yang bersangkutan, dalam rangka mewujudkan fungsi pendidikan yang
diemban oleh sekolah tersebut.
b. Materi
pelajaran harus sesuai dengan tingkat pendidikan/perkembangan para siswa pada
umumnya.
Di samping menunjang pencapaian tujaun instruksional,
materi pelajaran hendaknya ditetapkan dengan mempertimbangkan pula taraf
kemampuan peserta didik atau siswa yang bersangkutan. Suatu topik yang sama
dapat berbeda tingkat kedalamannya untuk tingkat sekolah/kelas yang berbeda.
Pembahasan tentang topik lingkungan, kalimat, demokrasi, dll, berbeda tingkat
kedalamannya antara kelas II, kelas IV, krlas VI, apalagi antar SD, SMP, dan
SMA.
c.
Materi
pelajaran hendaknya diorganisasikan secara sistematik dan berkesinambungan.
Dengan sistematik dan berkesinambungan di sini
dimaksudkan bahwa antara bahan yang satu dan bahan yang berikutnya ada hubungan
fungsional, di mana bahan yang satu menjadi dasar untuk/berkaitan dengan bahan
berikutnya. Sebagai contoh, sebelum sampai pada materi tentang jenis-jenis
transmigrasi, perlu dibahas terlebih dahulu pengertian dari transmigrasi
tersebut.
d. Materi
pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual.
Bahan yang factual sifatnya konkret dan mudah diingat,
sedangkan bahan yang sifatnya konseptual berisikan konsep-konsep abstrak, dan
memerlukan pemahamn yang lebih dalam. Dalam menetapkan materi pelajaran, kedua
jenis bahan tersebut perlu dimasukkan berhubung keduanya penting untuk mencapai
tujuan.
2.
Cara
Pemilihan
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih/menetapkan materi pelajaran:
a.
Tujuan
Pengajaran
Materi pelajaran hendaknya ditetapkan dengan mengacu
pada tujuan-tujuan instruksional yang ingin dicapai.
b.
Pentingnya
Bahan
Materi yang diberikan hendaknya merupakan bahan yang
betul-betul penting, baik dilihat dari tujuan yang ingin dicapai maupun
fungsinya untuk mempelajari bahan berikutnya.
c.
Nilai
Praktis
Materi yang dipilih hendaknya bermakna bagi para
siswa, dalam arti mengandung nilai praktis/bermanfaat bagi kehidupan
sehari-hari.
d.
Tingkat
perkembangan peserta didik
Kedalaman materi yang dipilih hendaknya ditetapkan
dengan memperhitungkan tingkat perkembangan berpikir siswa yang bersangkutan,
dalam hal ini biasanya telah dipertimbangkan dalam kurikulum sekolah yang
bersangkutan.
e.
Tata urutan
\materi yang diberikan hendaknya ditata dalam urutan
yang memudahkan dipelajarinya keseluruhan materi oleh peserta didik atau siswa.
B. Penentuan
Metode Mengajar
1. Jenis-jenis
Metode Mengajar
a.
Metode
Ceramah
Ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan
komunikasi lisan. Bila dalam penggunaannya benar-benar disiapakan dengan baik,
didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas kemungkinannya,
maka metode ini tidak senantiasa jelek.
Kelebihan metode ceramah:
1) Menggunakan
kelebihan pengalaman dan kebijakan guru untuk menyajikan sari pati suatu mata
pelajaran.
2) Ekonomis dan
efektif untuk keperluan penyampaian informasi dan pengertian.
Kelemahan metode ceramah:
1) Siswa
cenderung pasif.
2) Pengaturan
kecepatan secara klasikal ditentukan pengajar.
3) Kurang cocok
untk pembentukan keterampilan dan sikap.
4) Cenderung
menempatkan pengajar sebagai otoritas terakhir.
b. Metode Tanya
Jawab
Metode ini adalah metode mengajar yang memungkinkan
terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah karena pada saat yang
sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Kelebihan metode tanya jawab:
1) Kelas lebih
aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja.
2) Memberikan
kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga Guru mengetahui hal-hal yang
belum dimengerti oleh siswa.
3) Guru dapat
mengetahui sampai sejauh mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu yang
diterangkan.
Kelemahan metode tanya jawab:
1) Dengan
tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila
dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada
hubungannya dengan pokok yang dibicarakan.
2) Membutuhkan
waktu lebih banyak.
c.
Metode
Diskusi
Diskusi merupakan bentuk belajar mengajar di mana
terjadi interaksi antara guru dan peserta didik dan terutama antara sesama
peserta didik secara optimal. Kelebihan metode diskusi:
1) Diperolehnya
kesempatan bagi peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya secara sistematis.
2) Peserta
didik terlatih untuk mendengarkan dan menunggu giliran bicara secara tertib.
3) Membina
kemampuan berpikir mandiri dan komunikasi interpersonal.
Kelemahan metode diskusi:
1) Tidak adanya
jaminan bahwa setiap diskusi akan sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya karena interaksi yang bersifat terbuka.
2) Sulit
membuat semua anggota ambil bagian secara merata.
3) Sulit
mencari pimpinan diskusi yang efektif.
d. Metode
Demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode mengajar yang
memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu, di mana keaktifan biasanya
lebih banyak pada pihak guru.
Kelebihan metode demonstrasi:
1)
Perhatian
siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga
hal-hal yang penting dapat diamati seperlunya.
2) Dapat mengurangi
kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca di dalam buku,
karena siswa telah mempenoleh gambaran yang jelas dan hasil pengamatannya.
3) Bila siswa
turut aktif bereksperimen, maka siswa akan memperoleh pengalaman-pengalaman praktek
untuk mengembangkan kecakapannya dan memperoleh pengakuan dan penghargaan dari
teman-teman dan gurunya.
4)
Beberapa
masalah yang menimbulkan pertanyaan pada diri siswa dapat dijawab waktu
mengamati proses demonstrasi/eksperimen.
Kelemahan metode demonstrasi:
1) Daya tangkap
setiap siswa berbeda, sehingga guru harus mengulang-ulang suatu bagian yang
sama agar siswa dapat mengikuti pelajaran.
2) Waktu yang
diperlukan untuk proses belajar mengajar akan lebih lama dibandingkan dengan
metode ceramah.
3)
Demonstrasi
akan menjadi metode yang kurang baik apabila alat yang didemonstrasikan tidak
dapat diamati dengan seksama oleh siswa.
4) Demonstrasi
menjadi tidak efektif bila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas di mana siswa
sendiri dapat ikut bereksperimen dan menjadikan aktivitas itu pengalaman yang
berharga.
5)
Tidak semua
hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas.
e.
Metode
Eksperimen
Metode eksperimen langsung melibatkan para siswa
melakukan percobaan untuk mencari jawaban terhadap permasalahan yang diajukan.
Metode ini merupakan unsur pokok dalam pendekatan inquiry dan discovery
(belajar dengan menemukan).
Kelebihan metode eksperimen:
1) Siswa
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman belajar, bukan sekedar info verbal
dari guru.
2)
Pengetahuan
yang siswa peroleh akan lebih bersifat pemahaman dan bukan sekedar ingatan atau hafalan.
3) Siswa akan
lebih terampil untuk melakukan penyelidikan, memecahkan masalah praktis dan membuktikan
asumsi teoritis.
4)
Akan
terbentuk sikap ilmiah dalam diri siswa .
Kelemahan metode eksperimen:
1) Tidak
cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan
mengadakan ekperimen.
2) Jika
eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk
melanjutkan pelajaran.
3) Metode ini
lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
f.
Metode
Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas diberikan dari guru kepada
siswa untuk diselesaikan dan dipertanggung jawabkan.
Kelebihan metode pemberian tugas:
1) Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri
2) Dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari, mengolah menginformasikan dan
dan mengkomunikasikan sendiri.
3) Dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan
4) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa
5) Dapat
mengembangkan kreativitas siswa
6) Dapat mengembangkan pola berfikir dan ketrampilan anak.
Kelemahan metode pemberian tugas:
1) Tugas tersebut sulit dikontrol guru kemungkinan tugas itu dikerjakan oleh
orang lain yang lebih ahli dari siswa.
2) Sulit untuk dapat memenuhi pemberian tugas
3) Pemberian tugas terlalu sering dan banyak, akan dapat menimbulkan keluhan
siswa,
4) Dapat menurunkan minat belajar siswa kalau tugas terlalu sulit
5) Pemberian tugas yangmonoton dapat menimbulkan kebosanan siswa apabila
terlalu sering.
6) Khusus tugas kelompok juga sulit untuk dinilai siapa yang aktif.
g. Metode
Karyawisata
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang
dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan
dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh
pendidik, yang kemudian dibukukan.
Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :
1) Karyawisata
menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam
pengajaran.
2) Membuat
bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan
kebutuhan yang ada di masyarakat.
3) Pengajaran
dapat lebih merangsang kreativitas anak.
Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
1) Memerlukan
persiapan yang melibatkan banyak pihak.
2) Dalam
karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama,
sedangkan unsur studinya terabaikan.
3) Memerlukan
pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
4) Biayanya
cukup mahal.
5) Memerlukan
tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan
anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.
h. Metode
Sosiodrama
Sosiodrama adalah suatu cara mengajar dengan jalan
mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Metode ini sering
digunakan dalam mengajarkan nilai-nilai dan memecahkan masalah yang dihadapi
dalam hubungan sosial.
Kelebihan metode sosiodrama:
1) Dapat berkesan
dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.
2) Sangat
menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh
antusias
3) Dapat
menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik
butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
4) Dimungkinkan
dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka
kesempatan bagi lapangan kerja
Kelemahan metode sosiodrama:
1) Sosiodrama
dan bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak
2) Memerlukan
kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid.
3) Kebanyakan
siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan
tertentu
4) Apabila
pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja
dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran
tidak tercapai
5) Tidak semua
materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini
2. Pemilihan
Metode Mengajar
Dalam memilih metode mengajar dalam rangka perencanaan
pengajaran, perlu mempertimbangkan faktor:
a.
Kesesuaian
dengan tujuan instruksional
Bagi guru, yang penting adalah metode manapun yang
akan digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai, baik Tujuan Instrusional
Umum dan Tujuan Instruksional Khusus. Secara garis besar, ancer-ancer hubungan
antara metode mengajar dan tujuan instruksional yang ingin dicapai dapat
digambarkan ke dalam bagan:
HUBUNGAN TUJUAN DENGAN METODE
Tujuan
|
Metode
|
Cr
|
Tj
|
Ds
|
Dm
|
Ek
|
Pt
|
Kw
|
Sd
|
Ingatan
|
ü
|
ü
|
|
|
|
|
|
|
Pemahaman
|
|
|
ü
|
ü
|
|
|
ü
|
|
Aplikasi
|
|
|
|
|
ü
|
ü
|
|
ü
|
b. Keterlaksanaan
dilihat dari waktu dan sarana
Disamping bertitik tolak dari tujuan yang ingin
dicapai, dalam memilih metode perlu juga mempertimbangkan waktu dan sarana yang
tersedia.
Tb. Bactiar Rivai, mengemukakan 5 prinsip dalam
memilih metode mengajar :
a.
Azas maju
berkelanjutan (continous progress) yang artinya memberi kemungkinan
kepada murid untuk mempelajari sesuatu sesuai dengan kemampuannya.
b. Penekanan
pada belajar sendiri artinya siswa diberi kesempatan untuk mempelajari dan
mencari sendiri bahan pelajaran lebih banyak lagi daripada yang diberikan guru.
c.
Bekerja
secara team, dimana siswa dapat mengerjakan sesuatu pekerjaan yang memungkinkan
siswa bekerja sama.
d. Multidisipliner,
artinya memungkinkan siswa untuk mempelajari sesuatu meninjau dari berbagai
sudut kesehatan, keindahan atau pandangan orang lain.
C. Penentuan
Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa tergantung
dari jenis metode yang digunakan. Misalnya dalam metode pemberian tugas,
kegiatan pokok yang dilakukan guru dan siswa antara lain:
1. Kegiatan
Guru
a.
Menjelaskan
TIK yang ingin dicapai
b. Membagi
peserta didik menjadi beberapa kelompok
c.
Menjelaskan
tugas yang harus dikerjakan setiap kelompok
d. Memantau
pelaksanaan tugas oleh setiap kelompok
e.
Membahas
laporan hasil kerja kelompok
2. Kegiatan
Siswa
a.
Mengikuti
dengan seksama penjelasan guru tentang pembagian kelompok dan jenis tugas yang
harus dilaksanakan tiap kelompok
b. Melaksanakan
tugas dalam kelompok
c.
Menyiapkan
laporan hasil pelaksanaan tugas
d. Melaporkan
hasil kegiatan di depan kelas
Baca Juga Artikel Di Bawah Ini: