- A. PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Berbagai
persoalan yang dihadapi oleh dunia pendidikan sampai lembaga pendidikan di era
globalisasi dan desentralistik (otonomi daerah) menuntut team work yang solid
antara pihak sekolah itu sendiri dengan pihak luar, baik instansi atasan maupun
masyarakat. Melalui Manajemen Berbasis Sekolah, maka administrasi hubungan
sekolah dengan masyarakat menjadi kunci sukses di dalamnya. Dan ketika hubungan
sekolah dengan masyarakat ini dapat berjalan harmonis dan dinamis dengan sifat
pedagogis, sosiologis dan produktif, maka diharapkan tercapai tujuan utama
yaitu terlaksananya proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif,
efisien dan berhasil sehingga menghasilkan out-put yang berkualitas secara
inteletual, spritual dan sosial. Oleh karena itu pada pembahasan makalah ini
kami bahas tentang “ Administrasi Hubungan Sekolah dengan Masyarakat ”. Semoga
dengan pembahasn ini dapat menambah keharmonisan hubungan sekolah deangan masyarakat.
- Rumusan Masalah
Berangkat
dari uraian singkat di atas, tim penusun dapat merumuskan masalah yang menjadi
pokok pembahasan dalam makalah ini yaitu:
-
Bagaimana Posisi Sekolah dalam Masyarakat.
-
Pentingnya Membina Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
-
Bagaimana Model / Jenis Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
- B. POSISI SEKOLAH DENGAN
MASYARAKAT
- Sekolah dan Masyarakat
Istilah
“sekolah” disini merupakan sebuah konsep yang luas, yang mencangkup baik
lembaga pendidikan formal maupun lembaga pendidikan nonformal. Sedangkan
istilah “masyarakat” merupakan konsep yang mengacu pada semua individu,
kelompok, lembaga atau organisasi yang berada diluar sekolah sebagai lembaga
pendidikan.[1]
Keberhasilan
pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses pendidikan di sekolah dan
tersedianya sarana dan prasarana saja, tetapi juga ditentukan oleh lingkungan
keluarga dan atau masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab
bersama antara pemerintah (sekolah), keluarga dan masyarakat. Ini berarti
mengisyaratkan bahwa orang tua murid dan masyarakat mempumyai tanggung jawab
untuk berpartisipasi, turut memikirkan dan memberikan bantuan dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Partisipasi
yang tinggi dari orang tua murid dalam pendidikan di sekolah merupakan salah
satu ciri dari pengelolaan sekolah yang baik, artinya sejauhmana masyarakat
dapat diberdayakan dalam proses pendidikan di sekolah adalah indicator terhadap
manajemen sekolah yang bersangkutan. Pemberdayaan masyarakat dalam pendidikan
ini merupakan sesuatu yang esensial bagi penyelenggaraan sekolah yang baik
(Kumars, 1989). Tingkat partisipasi masyarakat dalam proses pendidikan di
sekolah ini nampaknya memberikan pengaruh yang besara bagi kemajuan sekolah,
kualitas pelayanan pembelajaran di sekolah yang pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap kemajuan dan prestasi belajar anak-anak di sekolah. Hal ini secara tegas
dinyatakan oleh Husen (1988) dalam penelitiannya bahwa siswa dapat belajar
banyak karena dirangsang oleh pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru dan akan
berhasil dengan baik berkat usaha orang tua mereka dalam memberikan dukungan.
Penelitian lain yang memperkuat apa yang dikemukakan di atas dinyatakan oleh
Levine & Hagigust, 1988) yang menyatakan bahwa Lingkungan keluarga, cara
perlakuan orang tua murid terhadap anaknya sebagai salah satu cara/bentuk
partisipasi mereka dalam pendidikan dapat meningkatkan intelektual anak.
Partisipasi orang tua ini sangat tergantung pada ciri dan kreatifitas sekolah
dalam menggunakan pendekatan kepada mereka. Artinya masyarakat akan
berpartisipasi secara optimal terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah
sangat tergantung pada apa dan bagaimana sekolah melakukan pendekatan dalam
rangka memberdayakan mereka sebagai mitra penyelenggaraan sekolah yang
berkualitas. Hal ini ditegaskan oleh Brownell bahwa pengetahuan masyarakat
tentang program merupakan awal dari munculnya perhatian dan dukungan. Oleh
sebab itu orang tua/masyarakat yang tidak mendapatkan penjelasan dan informasi
dari sekolah tentang apa dan bagaimana mereka dapat membantu sekolah
(lebih-lebih di daerah pedesaan) akan cenderung tidak tahu apa yang harus mereka
lakukan, bagaimana mereka harus melakukan sesuatu untuk membantu sekolah. Hal
tersebut sebagai akibat dari ketidak -mengertian mereka.
Di
negara-negara maju, sekolah memang dikreasikan oleh masyarakat, sehingga mutu
sekolah menjadi pusat perhatian mereka dan selalu mereka upayakan untuk
dipertahankan. Hal ini dapat terjadi karena mereka sudah meyakini bahwa sekolah
merupakan cara terbaik dan meyakinkan untuk membina perkembangan dan
pertumbuhan anak-anak mereka. Mengingat keyakinan yang tinggi akan kemampuan
sekolah dalam pembentukan anak-anak mereka dalam membangun masa depan yang baik
tersebut membuat Mereka berpartisipasi secara aktif dan optimal mulai dalam
perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan terhadap pengelolaan dan
penyelenggaraan sekolah, karena kesadaran yang tinggi dari masyarakat yang
bersangkutan. Pentingnya keterlibatan orang tua/masyarakat akan keberhasilan
pendidikan ini telah dibuktikan kebenarannya oleh Richard Wolf dalam
penelitiannya yang menyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang sangat signifikan
(0.80) antara lingkungan keluarga dengan prestasi belajar. Penelitian lain di
Indonesia juga telah membuktikan hal yang sama.
Partisipasi
yang tinggi tersebut nampaknya belum terjadi di negara berkembang (termasuk
Indonesia). Hoyneman dan Loxley menyatakan bahwa di negara berkembang sebagian
besar keluarga belum dapat diharapkan untuk lebih banyak membantu dan
mengarahkan belajar murid, sehingga murid di negara berkembang sedikit waktu
yang digunakan dalam belajar. Hal ini disebabkan banyak masyarakat/orang tua
murid belum paham makna mendasar dari peran mereka terhadap pendidikan anak.
Bahkan Made Pidarta menyatakan di daerah pedesaan yang tingkat status sosial
ekonomi yang rendah, mereka hampir tidak menghiraukan lembaga pendidikan dan
mereka menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab pendidikan anaknya kepada sekolah.
- Pentingnya Membina Hubungan
Sekolah dengan Masyarakat
Kalau
dianalisis dari pengertian hubungan masyarakat di atas,sedikitnya ada dua
kepentingan dalam manajemen pendidikan. pertama, kepentingan sekolah.
Kepentingan sekolah dapat dilihat dari pemberian informasi dari pihak sekolah
kepada masyarakat,sehingga masyarakat membentuk opini tersendiri terhadap
sekolah. Kepentingan lain agar sekolah dapat mengerti berbagai sumber yang ada
dalam masyarakat yang dapat didayagunakan untuk kepentingan belajar mengajar
dan usaha pendidikan pada umumnya.
Kedua, kepentingan masyarakat. Dilihat dari
segi kepentingan masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat dapat
mengambil manfaat dan menyerap hasil-hasil pemikiran dan perkembangan
pengetahuan dan teknologi yang berguna bagi masyarakat itu sendiri. Pengertian,
penerimaan dan pemahaman masyarakat akan membentuk persepsi masyarakat terhadap
sekolah.[2]
Sedangkan
hakikat humas dalam manajemen pendidikan Islam dapat kita artikan sebagai suatu
proses hubungan timbal balik antara lembaga pendidikan Islam dengan masyarakat
yang dilandasi dengan I’tikad saling mengenal (ta’aruf), saling memahami
(tafahum), saling mengasihi (tarahum), saling menolong (ta’awun),
dan saling menanggung[3] (takaful) dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan sebelumnya yang didasarkan
pada nilai-nilai dalam ajaran Islam.
Lingkungan
pendidikan adalah segala sesuatu yang ada dan terjadi di sekeliling proses
pendidikan itu berlangsung, (Manusia dan lingkungan fisik). Semua keadaan
lingkungan tersebut berperan dan memberikan kontribusi terhadap proses
peningkatan kualitas pendidikan dan atau kualitas lulusan pendidikan. Perhatian
Top Manajemen (Kepala Sekolah) seharusnya berupaya untuk mengintegrasikan
sumber-sumber pendidikan dan memanfaatkannya seoptimal mungkin, sehingga semua
sumber tersebut memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan pendidikan yang
berkualitas. Salah satu sumber yang perlu dikelola adalah lingkungan masyarakat
atau orang tua murid, termasuk stakeholders.
Yang menjadi
pertanyaan sekarang adalah: Mengapa Manajemen Pendidikan perlu Menangani
Masyarakat (perlu Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat), secara optimal baik
orang tua murid, stakeholders, tokoh masyarakat maupun institusi yang ada di
lingkungan sekolah. Organisasi sekolah adalah organisasi yang menganut sistem
tebuka, sebagai sistem terbuka berarti lembaga pendidikan mau tidak mau,
disadari atau tidak disadari akan selalu terjadi kontak hubungan dengan
lingkungannya yang disebut sebagai supra sistem. Kontak hubungan ini dibutuhkan
untuk menjaga agar sistem atau lembaga itu tidak mudah punah. Suatu organisasi
yang mengisolasi diri, termasuk sekolah sebagai organisasi apabila tidak melakukan
kontak dengan lingkungannya maka dia lambat laun akan mati secara alamiah
(tidak dapat eksis), karena organisasi hanya akan tumbuh dan berkembang apabila
didukung dan dibutuhkan oleh lingkungannya. Hanya sistem terbuka yang memiliki
megantropy, yaitu suatu usaha yang terus menerus untuk menghalangi kemungkinan
terjadinya entropy atau kepunahan. Ini berarti hidup matinya lembaga pendidikan
akan sangat tergantung dan ditentukan oleh usaha sekolah itu sendiri, dalam
arti sejauhmana dia mampu menjaga dan memelihara komunikasinya dengan
masyarakat luas atau dia mau menjadi organisasi terbuka.
Dalam
kenyataan sering kita temui sekolah yang tidak punya nama baik di masyarakat
akhirnya akan mati. Hal ini disebabkan karena sekolah itu tidak mampu membuat
hubungan yang baik dan harmonis dengan masyarakat pendukungnya. Dengan berbagai
alasan masyarakat tidak mau menyekolahkan anaknya di suatu sekolah, yang
akhirnya membuat sekolah itu mati dengan sendirinya. Demikian pula sebaliknya
sekolah yang bermutu akan dicari bahkan masyarakat akan membayar dengan biaya
mahal asalkan anaknya diterima di sekolah tersebut. Adanya sekolah favorit dan
tidak favorit ini nampaknya sangat terkait dengan kemampuan kepala sekolah
mengadakan pendekatan dan hubungan dengan para pendukungnya di masyarakat,
seperti tokoh masyarakat, tokoh pengusaha, tokoh agama dan tokoh politik atau
tokoh kepemerintahan (stakeholders).
Karena itu
sejak lama Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan itu berlangsung pada
tiga lingkungan yaitu lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Artinya
pendidikan tidak akan berhasil kalau ketiga komponen itu tidak saling
bekerjasama secara harmonis. Kaufman menyebutkan patner/mitra pendidikan tidak
hanya terdiri dari guru dan siswa saja, tetapi juga para orang
tua/masyarakat. Dari uraian di atas jelaslah bahwa lembaga pendidikan
bukanlah lembaga yang berdiri sendiri dalam membina pertumbuhan dan
perkembangan putra-putra bangsa, melainkan ia merupakan suatu bagian yang tidak
terpisahkan dari masyarakat yang luas, dan bersama masyarakat membangun dan
meningkatkan segala upaya untuk memajukan sekolah. Hal ini dapat tercipta
apabila lembaga pendidikan mau membuka diri dan menjelaskan kepada masyarakat
tentang apa dan bagaimana masyarakat dapat berperan dalam upaya membantu
sekolah/lembaga pendidikan memajukan dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan
pendidikan. Sekolah pada hakekatnya melaksanakan dan mempunyai fungsi ganda
terhadap masyarakat, yaitu memberi layanan dan sebagai agen pembaharuan bagi
masyarakat sekitarnya, yang oleh Stoop disebutnya sebagai fungsi layanan dan
fungsi pemimpin (fungsi untuk memajukan masyarakat melalui pembentukan sumber
daya manusia yang berkualitas).
Setiap aktivitas pendidikan, apalagi yang bersifat inovatif, seharusnya
dikomunikasikan dengan masyarakat khususnya orang tua siswa, agar mereka
mengerti mengapa aktivitas tersebut harus dilakukan oleh sekolah dan pada sisi
mana mereka dapat berperan membantu sekolah dalam merealisasikan program
inovatif tersebut. Dengan hubungan yang harmonis tersebut ada beberapa manfaat
pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat (School Public Relation) yaitu:
Bagi Sekolah/lembaga pendidikan :
- Memperbesar dorongan mawas
diri, sebab seperti diketahui konsep pendidikan sekarang adalah oleh
masyarakat, untuk masyarakat dan dari masyarakat serta mulai berkembangnya
impelementasi manajemen berbasis sekolah, maka pengawasan sekolah
khususnya kualitas sekolah akan dilakukan baik secara langsung maupun
tidak langsung oleh masyarakat antara lain melalui dewan pendidikan dan
komite sekolah.
- Memudahkan/meringankan beban
sekolah dalam memperbaiki serta meningkatkan kualitas penyelenggaraan
pendidikan di tingkat sekolah. Hal ini akan tercapai apabila sekolah
benar-benar mampu menjadikan masyarakat sebagai mitra dalam pengembangan
dan peningkatan sekolah. Masyarakat akan mendukung sepenuhnya serta
membantunya apabila sekolah mampu menunjukkan kinerja yang berkualitas.
- Memungkinkan upaya peningkatan
profesi mengajar guru. Sebab pada dasarnya laboratorium terbaik bagi
lembaga pendidikan adalah masyarakatnya sendiri.
- Opini masyarakat tentang
sekolah akan lebih positif/benar. Opini yang positif akan sangat membantu
sekolah dalam mewujudkan segala program dan rencana pengembangan sekolah
secara optimal, sebab opini yang baik merupakan modal utama bagi sekolah
untuk mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
- Masyarakat akan ikut serta
memberikan kontrol/koreksi terhadap sekolah, sehingga sekolah akan lebih
hati-hati.
- Dukungan moral masyarakat akan
tumbuh terhadap sekolah sehingga memudahkan mendapatkan bantuan material.
Bagi
Masyarakat, dengan adanya hubungan yang harmonis antar sekolah dengan
masyarakat maka :
-
Masyarakat/orang tua murid akan mengerti tentang berbagai hal yang menyangkut
penyelenggaraan pendidikan di sekolah
-
Keinginan dan harapan masyarakat terhadap sekolah akan lebih mudah disampaikan
dan direalisasikan oleh pihak sekolah.
-
Masyarakat akan memiliki kesempatan memberikan saran, usul maupun kritik untuk
membantu sekolah menciptakan sekolah yang berkualitas.
- C. MODEL HUBUNGAN KERJA SAMA
ANTARA SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT
Dalam
administrasi Humas ada lima[4] model hubungan masyarakat dan
sekolah yaitu:
- 1. Hubungan Sekolah dengan
Komite Sekolah
Perubahan
paradigma penyelenggaraan pendidikan dalam era reformasi, dan era otonomi
penyelenggaraan pendidikan sampai pada tingkat kabupaten/kota dan bahkan
otonomi pada tingkat sekolah, memberikan keleluasaan bagi setiap sekolah untuk
berkreasi dan berinovasi dalam penyelenggaraan sekolah. Dengan demikian
diharapkan akan memacu percepatan peningkatan mutu penyelenggaraan sekolah yang
pada gilirannya mempercepat peningkatan mutu hasil belajar secara
keseluruhan. Konsekuensi dari paradigma pendidikan yang memberikan
otonomi sampai pada tingkat sekolah menuntut sekolah untuk memberdayakan semua
sumber daya yang dimilikinya. Salah satu sumber daya yang sangat potensial dan
dimiliki oleh sekolah adalah masyarakat dan orang tua murid.
Di Amerika
Serikat, pengembangan sekolah dipedesaan atau di daerah-daerah urban berada di
tangan dewan masyarakat sekolah (SCC=School Community Council). Dewan ini
terdiri dari unsur-unsur tenaga professional pendidikan dan anggota masyarakat,
dalam rangka pengembangan staf. Aspek struktural dari pelibatan
masyarakat berarti adanya kesamaan atau keseimbangan antar struktur yang
terlibat dalam pembuatan keputusan. Aspek prosedural pelibatan masyarakat
berarti mengandung makna adanya kesamaan masukan dari kelompok professional dan
anggota-anggota masyarakat dalam menentukan aktivitas pengembangan staf untuk
meningkatkan praktek-praktek penyelenggaraan sekolah yang berkualitas. Secara
organisatoris dewan SCC ini memiliki tanggung jawab bersama sekolah untuk
meningkatkan mutu pelayanan sekolah. Di sisi lain SCC ini ternyata juga
mempunyai tanggung jawab untuk melakukan analisis kebutuhan sekolah dan
kebutuhan masyarakat melalui survey yang dilakukannya.
Hasil
analisis yang dilakukan dewan ini didiskusikan bersama pihak sekolah dengan
melibatkan para ahli seperti konsultan dan sebagainya untuk diterjemahkan
menjadi kebijakan dan program sekolah. Kebijakan model pelibatan
masyarakat dalam pendidikan melalui lembaga SCC seperti di Amerika ini
sebenarnya sudah sejak lama dikenal dan dilakukan oleh pendididikan dan
persekolahan di Indonesia, mulai dari POM, POMG, BP3, hingga sekarang yang
dikenal dengan Komite Sekolah. Tetapi hasilnya belum terlalu nampak karena
keterlibatan mereka lebih banyak pada membantu keuangan sekolah. Akhir-akhir
ini pemerintah Indonesia dalam hal ini Depdiknas membuat kebijakan baru dengan
mengganti istilah BP3 menjadi Dewan Pendidikan di tingkat Kabupaten/Kota dan
Komite Sekolah di tingkat sekolah. Pemerintah (Depdiknas) pada saat ini
memberikan peluang kepada sekolah dalam pemberdayaan masyarakat melalui suatu
lembaga yang dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah yaitu Dewan Sekolah atau
Komite Sekolah.
- 2. Komunikasi dengan masyarakat
dan lingkungan di luar sekolah
Adalah
merupakan sesuatu kenyataan bahwa, sekolah tidak merupakan sesuatu yang berdiri
sendiri terpisah dari dunia luar, melainkan berada dalam suatu sistem
masyarakat yang telah tetap.[5]
Kehadiran
sekolah berlandaskan kemauan baik negara dan masyarakat yang mendukungnya. Oleh
karena itu orang-orang yang bekerja di sekolah mau tidak mau harus bekerja sama
dengan masyarakat. Masyarakat di sini dapat tberwujud orang tua murid,
badan-badan, organisasi-organisasi, baik negeri maupun swasta. Salah satu
alasan mengapa sekolah perlu dukungan dari masyarakat tempat sekolah itu berada
ialah karena sekolah harus dibiayai. Tugas sekolah di sini ialah bagaimana
menumbuhkan rasa ikut memiliki (senseaf belonging) dan rasa ikut bertanggung
jawab (senseresponsibility) masyarakat terhadap sekolah. Dalam hal
iniperhimpunan administrator sekolah di Amerika Serikat (the American
Association of School Administrators) telah mengumpulkan beberapa indikator
(petunjuk) tentang hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu bahwa para kepala
sekolah harus memahami:
- Unsur-unsur penting pada
anggota masyarakat lingkungan sekolah, kesetiaan, kepatuhan dan perasaan
terikat yang ada pada masyarakat, cara-cara beraksi, menangani idea baru.
- Tradisi dan adat –istiadat.
- Organisasi anggota masyarakat.
- Kepemimpinan/struktur kekuatan
yang terdapat dalam masyarakat.
- Situasi fisik masyarakat, ciri-ciri
pengelompokkan formil dan hubungan ciri-ciri populasi.
Jika para
kepala sekolah memperoleh keterangan-keterangan di atas, berarti ia mendapat
informasi yang diperlukan untuk mengembangkan hubungan yang sehat dan sukses
antara sekolah dan masyarakat.[6]
- 3. Hubungan Sekolah dengan
Pemerintah dan Masyarakat yang Terorganisasi
- Hubungan Sekolah dengan
Pemerintah
Dalam era
otonomi sekolah, khususnya dengan implementasi pendekatan manajemen sekolah
berbasis masyarakat, sekolah memang memiliki keleluasaan dan atau otonomi yang
lebih luas. Otonomi pemerintahan yang berbasis pada pemerintah daerah
Kabupaten/Kota meletakkan pembinaan dan penyelenggaraan pendidikan berada di
tingkat Kabupaten dan Kota, sehingga nampaknya peranan Pemerintah provinsi dan
pusat tidak dominan. Meskipun demikian bukan berarti pusat dan propinsi tidak
memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan. Dalam paradigm otonomi seperti
sekarang diperlukan kemampuan sekolah (baca kepala sekolah) untuk membangun
kerjasama yang harmonis dengan berbagai institusi pemerintahan mulai dari
tingkat pusat sampat dengan tingkat Kabupaten/kota/Kecamatan bahkan kelurahan.
Di samping
institusi pemerintahan, sekolah juga perlu membangun kerjasama yang sinergis
dengan lembaga masyarakat seperti karang taruna, kepramukaan dan berbagai
lembaga LSM yang bergerak dalam membantu dan membangun pendidikan. Hal yang
sangat penting untuk diperhatikan dalam kerjasama dengan lembaga ini adalah
jangan sampai sekolah larut dan dapat dibawa kepada masalah-masalah lain selain
untuk kepentingan pendidikan. Sekolah tdak boleh terbawa arus kepada kegiatan
politik praktis dan kepentingan kelompok tertentu.
Kerjasama
dengan berbagai institusi tersebut di atas menjadi kemutlakan bagi sekolah
dalam upaya mengembangkan sekolah secara optimal, sebab sekolah adalah lembaga
interaksi social yang tidak bias lepas dari masyarakat secara keseluruhan,
khususnya masyarakat di sekitarnya. Banyak hal yang tidak dapat dilakukan
sekolah tanpa bantuan masyarakat tersebut, katakannlah sekolah mengadakan
perayaan ulang tahun sekolah, untuk menjaga keamanan, maka sekolah mutlak
meminta bantuan kepolisian atau petugas keamanan lingkungan setempat. Berbagai
bentuk kerjasama yang dapat dikembangkan dengan berbagai institusi tersebut
antara lain:
- Pemberian dan atau penggunaan
fasilitas bersama. Berbagai fasilitas yang tidak dimiliki oleh sekolah
mungkin saja terdapat dan dimiliki oleh lembaga tertentu. Untuk menunjang
kegiatan pendidikan sekolah dapat membangun kerjasama dengan pemilik
fasilitas tersebut. Misalnya tempat pameran, gedung olah raga dan
lain-lain.
- Pelaksanaan kegiatan
peningkatan kemampuan siswa. Misalnya sekolah ingin meningkatkan pemahaman
dan kemampuan siswa tentang kesehatan, dapat bekerjasama dengan puskesmas
dalam memanfaatkan berbagai fasilitas termasuk fasilitas SDM, ingin
melaksanakan pentas seni sekolah dapat bekerjasama dengan lembaga kesenian
di masyarakat untuk memanfaatkan berbagai fasilitas kesenian (alat-alat
seni, seperti seni tradisional).
- Pemanfaatan sumber daya manusia
secara mutualism, sekolah dapat memanfaatkan sumber daya manusia di
masyarakat dan sebaliknya masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya
manusia yang dimiliki sekolah.
- Hubungan Sekolah Dengan
Masyarakat Terorganisasi
Pada saat
ini sangat banyak masyarakat yang mengikat dirinya dalam satu kelompok
organisasi, baik yang bersifat organisasi social, organisasi profesi,
organisasi untuk community tertentu yang bersifat kedaerahan maupun organisasi
yang mementingkan laba. Dari berbagai organisasi tersebut di atas banyak sekali
yang sangat peduli terhadap pendidikan, tetapi tidak sedikit juga organisasi
yang menjadi stressor bagi dunia pendidikan.
Di sadari bahwa organisasi-organisasi tersebut sangat besar peranannya dalam
membantu pendidikan apabila diberdayakan secara optimal dan murni. Beberapa
oraganisasi yang memfokuskan dirinya terhadap pendidikan antara lain:
- Ikatan Sarjana Pendidikan
Indonesia (ISPI)
- Ikatan Sarjana Manajemen
Pendidikan Indonesia (ISMAPI)
- Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI)
- Masyarakat Peduli Pendidikan
Indonesia
- Asosiasi Bimbingan Konseling
Indonesia (ABKINS)
- Gerakan nasional Orang Tua Asuh
(GN OTA)65
- Himpunan Masyarakat Psikologi
Indonesia (HIMAPSI)
- Kelompok Budayawan, Seni Tari
dan Musik. dan lain-lain
Organisasi
tersebut sangat besar manfaatnya apabila sekolah mampu menjadikannya sebagai
mitra bagi pengembangan dan peningkatan mutu sekolah. Sebagai contoh: kalau
sekolah ingin meningkatkan bagaimana implementasi manajemen berbasis sekolah
yang berkualitas, maka Ikatan sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia yang ada
di masing-masing daerah dapat dimanfaatkan sebagai mitra, baik dalam
pengembangan konsep, implementasi kegiatan maupun dalam pembinaan sehari-hari.
Hal yang sama juga dapat dilakukan kerjasama dengan kelompok seni tari,
misalnya kalau sekolah menyelenggarakan ekstra kurikuler seni tari musik atau
drama. Sangat mungkin suatu sekolah pada masa sekarang ingin meningkatkan
peran guru di samping sebagai pengajar juga sebagai pembimbing. Untuk meningkatkan
kemampuan guru tersebut sekolah dapat bekerja sama dengan asosiasi bimbingan
ABKINS (Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia), atau juga dengan HIMAPSI
(himpunan Masyarakat psikologi Indonesia).
Dalam
kenyataan sehari-hari sering terjadi organisasi masyarakat melaksanakan
kegiatannya justeru menggunakan sekolah sebagai sasarannya, seperti pengabdian
masyarakat mereka tentang penyuluhan NARKOBA, hal ini harus dimanfaatkan oleh
sekolah sebagai peluang dalam pembinaan siswa di sekolahnya. Oleh sebab itu tidak
salah kalau sekolah selalu memprogramkan berbagai kegiatan tersebut sebagai
upaya meningkatkan mutu di sekolah (pemahaman mutu disini bukan sekedar nilai
UAN).
- 4. Hubungan antara Sekolah
dengan Orang Tua Peserta Didik
Hubungan ini
juga disebut hubungan edukatif.[7] Banyak cara yang efektif untuk
menjalin hubungan sekolah dengan orangtua dan keluarga peserta didik serta
masyarakat. Hubungan yang efektif dimaksudkan untuk membantu pengembangan
pendidikan anak dalam lingkungan inklusif ramah terhadap pembelajaran. Hubungan
efektif sekolah, orangtua dan masyarakat dapat dilakukan melalui:
- Mengadakan pertemuan dengan
keluarga dan kelompok masyarakat untuk memperkenalkan diri anda. Jelaskan
kepada mereka makna keragaman dalam kelas dan pelajaran yang ramah.
- Jadwalkan diskusi informal,
satu atau dua kali dalam setahun dengan orangtua dan komite sekolah untuk
menggali potensi belajar anak mereka. Tunjukkan contoh hasil karya anak,
tekankan bakat dan prestasi yang dimili
ki
- anak, dan bicarakan bagaimana
agar dapat belajar lebih baik jika ia bisa mengatasi hambatannya.
- Kirim hasil karya anak ke
rumahnya agar orangtuanya mengetahui perkembangan potensi anaknya kemudian
mintalah pendapat mereka.
- Biasakanlah anak membahas apa
yang telah dipelajari di rumah dengan memanfaatkan informasi pelajaran yan
diperoleh dari sekolah. Juga komunikasikan dengan orang tua bagaimana dan
apa yang telah dipelajari di kelas dengan mengaitkan kegiatan dan perannya
di rumah. Dengan kata lain, tunjukkan bagaimana pengetahuan yang diperoleh
di kelas bisa digunakan di rumah dan di masyarakat.
- Lakukan kunjungan sumber
belajar di masyarakat atau minta anak mewawancarai orangtuanya, atau
kakek-neneknya tentang kegiatan saat masa kanak-kanak dalam kehidupan
bermasyarakat.
- 5. Memberi pengertian kepada
masyarakat tentang fungsi sekolah melalui teknik-teknik komunikasi.
- Media-media hubungan sekolah
dengan masyarakat
-
Media Visual (majalah, gambar, poster-poster dsb)
-
Media Audio (microphone, telephone, handphone, telegram dll).
-
Media Audio Visual (televisi, film, dsb).
- Jalur-Jalur komunikasi Sekolah
dengan Masyarakat
Ada beberapa
jalur yang mungkin dapat ditempuh walaupun demikian jalur yang paling
menguntungkan adalah jalur yang langsung berhubungan dengan murid dan situasi
pertemuan langsung (face to face). Jalur-jalur lain yang mungin dapat ditempuh
dalam humas adalah:
a)
Peserta didik
b)
Surat-surat selebaran dan buletin sekolah
c)
Mass Media
d)
Pertemuan Informal
e)
Laporan Kemajuan
f)
Kontak Formal
DAFTAR
PUSTAKA
Daryanto, Administrasi
Pendidikan, Cet:II (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2001).
Mulyono, Manajemen
Administrasi & Organisasi Pendidikan, Cet:II (Jakarta: Ar-Ruzz
Media,2009).
Ngalim
Purwanto, Administr
asi dan
Supervisi
Pendidikan,Cet XV
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005).
Ummu Yasmin,
Materi Tarbiyah Paduan Kurikulum Da’I dan Murabbi. (Solo: Media Insani
Press, 2005).
[1] Ngalim Purwanto, Administrasi
dan Supervisi Pendidikan,Cet XV (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005),
h.188.
[2] Mulyono, Manajemen Administrasi
& Organisasi Pendidikan, Cet:II (Jakarta: Ar-Ruzz Media,2009), h.209
[3] Ummu Yasmin, Materi Tarbiyah
Paduan Kurikulum Da’I dan Murabbi. (Solo: Media Insani Press, 2005),
h. 197-198
[4] Materi dalam Slide presentase power
point, diberikan oleh: Abdurrahman Mala M.Pd Selaku dosen pengampu mata kuliah
Administrasi Pendidikan, ditambahkan dengan referensi lain dari internet yang
menyebutkan model kelima yaitu hubungan skolah dengan masyarakat dan lingkungan
sekitarnya.
[5] Daryanto, Administrasi
Pendidikan, Cet:II (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2001), h.71
[7] Ngalim, Op. Cit., h.194
Baca Juga Artikel Di Bawah Ini: