- A. Latar Belakang
Untuk menunjang keberhasilan belajar, maka hendaknya tersedia media ppembelajaran. Sebab, dengan tersedianya media pendidikan siswa dimungkinkan akan lebih berpikir secara konkret dan hal ini berarti dapat mengurangi verbalisme pada diri siswa. Apalagi seiring dengan perkembangan jaman yang makin modern dan serba canggih. Hal demikian mengakibatkan siswa termasuk guru dapat memilih atau menggunakan media pendidikan dalam proses belajar .
Dalam proses belajar-mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Sekolah merupakan pendidikan yang berlangsung secara formal artinya terikat oleh peraturan-peraturan tertentu yang harus diketahui dan dilaksanakan. Di sekolah, murid atau anak tidak lagi diajarkan oleh orang tua, akan tetapi gurulah sebagai pengganti orang tua.
Salah satu bidang studi yang diajarkan di MTs dan MA adalah fiqih. Fiqih secara umum merupakan salah satu bidang studi Islam yang banyak membahas tentang hukum yang mengatur pola hubungan manusia dengan Tuhannya, antara manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya. Melalui bidang studi fiqih ini diharapkan siswa tidak lepas dari jangkauan norma-norma agama dan menjalankan aturan syariat Islam.
Proses belajar-mengajar akan berjalan dengan baik kalau metode yang digunakan betul-betul tepat, karena antara pendidikan dengan metode saling berkaitan. Menurut Zakiah Daradjat, pendidikan adalah usaha atau tindakan untuk membentuk manusia. Disini guru sangat berperan dalam membimbing anak didik ke arah terbentuknya pribadi yang diinginkan.
- B. Rumusan Masalah
- Bagaimana ruang lingkup mata pelajaran fiqih di MTS dan MA?
- Bagaimana metode pembelajan fiqih di MTS dan MA?
- C. Tujuan
- Mengetahui ruang lingkup mata pelajaran fiqih di MTS dan MA
- Mengetahui metode pembelajan fiqih di MTS dan MA
- A. Pengertian Fiqih
Senada dengan pengertian di atas, Sumanto al-Qurtuby melihat fiqih merupakan kajian ilmu Islam yang digunakan untuk mengambil tindakan hukum terhadap sebuah kasus tertentu dengan mengacu pada ketentuan yang terdapat dalam syariat Islam yang ada.[2] Dalam perkembangan selanjutnya fiqih mampu menginterpretasikan teks-teks agama secara kontekstual.
Dalam pengertian fiqih tersebut, maka dalam konteks pembelajaran fiqih di sekolah adalah salah satu bagian pelajaran pokok yang termasuk dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diberikan pada siswa-siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau Madrasah Aliyah (MA).
B. Pembelajaran Fiqih di MA dan MTs
Mata pelajaran fiqih dalam kurikulum MTs adalah salah satu bagian mata pelajaran PAI yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (Way of Life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.
Mata Pelajaran Fiqh di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran yang Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari fikih yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Tsanawiyah atau SMP. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajarai, memperdalam serta memperkaya kajian fikih yang baik menyangkut aspek iadah maupun muamalah yang dilandasi oleh kaidah-kaidah fiqih maupun ushul fiqh. [3]
C. Tujuan Bidang Studi Fiqih
Fiqih di MTs bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial. Pembelajaran fiqih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik dapat memahami pokok-pokok hukum islam dan tata cara pelaksanaanya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat islam secara kaffah (sempurna)[4]
Mata pelajaran Fiqih di Madarasah Aliyah berfungsi untuk: (a) Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah Swt. sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat; (b) Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam di kalangan peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Madrasah dan masyarakat; (c) Pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di madrasah dan masyarakat; (d) Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga; (e) Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui Fiqih Islam; (f) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari; (g) Pembekalan bagi peserta didik untuk mendalami Fiqih/hukum Islam pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
D. Ruang Lingkup Materi Bidang Studi Fiqih di MTs
Ruang lingkup fiqih di MTs dalam kurikulum berbasis kompetensi berisi pokok-pokok materi:
- Hubungan manusia dengan Allah SWT.
- Hubungan manusia dengan sesama manusia.
- Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungan.
Ruang lingkup mta pelajaran fiqih di Madrasah Aliyah meliputi: Kajian tentang prinsip-peinsip ibadah dan syariat dalam Islam, hukum Islam dan perundang-undangan tentang zakat dan haji, hikmah dan cara pengelolanya, hikmah qurban dan aqiqah, pengurusan janazah, tentang wakalah dan ketentuan siyasah syar’iyah, hukum taklifi, dasar-dasar istinbath , kaidah-kaidah ushul fiqh dan penerapannya.[6]
D. MATERI FIQIH MTS DAN MA
MTS
|
MA
|
Bersuci
|
Prinsip Ibadah
|
Shalat & Sujud Sahwi
|
Zakat
|
Azan iqomah
|
Haji
|
Zikir dan doa
|
Kurban dan Aqiqah
|
Sholat sunnah
|
Pengurusan janazah
|
Puasa
|
Konsep Ekonomi Islam
|
Zakat
|
Pelepasan dan perubahan harta
|
Haji dan Umroh
|
Wakalah dan suluh
|
Makanan dan minuan yan haram dan halal
|
Kafalah
|
Muamalah
|
Riba, bank dan asuransi
|
1. Metode diskusi
a. Pengertian Metode Diskusi
Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan. Diskusi tidak sama dengan berdebat. Diskusi selalu diarahkan kepada pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya diambil suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompok.[7]
Zuhairini, Memberikan pengertian tentang metode diskusi secara umum sebagai salah satu metoide interaksi edukatif diartikan sebagai metode didalam mempelajari bahan atau penyampaian bahan pelajaran dengan jalan mendiskusikannya sehingga menimbulkan pengertian, pemahaman, serta perubahan tingkah laku murid seperti yang telah dirumuskan dalam tujuan instruksionalnya.[8]
Dalam dunia pendidikan metode diskusi ini mendapat perhatian karena dengan diskusi akan merangsang anak-anak untuk berfikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri. Oleh karena itu metode diskusi bukanlah hanya percakapan atau debat biasa saja, tapi diskusi timbul karena ada masalah yang memerlukan jawaban atau pendapat yang bermacam-macam.
b. Macam-Macam Metode Diskusi
1) Diskusi Informal
Diskusi ini terdiri dari satu diskusi yang peserta diskusi terdiri dari murid-murid yang jumlahnya sedikit. Peraturan-peraturannya agak longgar. Dalam diskusi informal ini hanya satu orang yang menjadi pemimpin, tidak perlu ada pembantu-pembantu, sedangkan yang lain-lainnya hanya sebagai anggota diskusi.
2) Diskusi Formal
Diskusi ini berlangsung dalam suatu diskusi yang serba diatur dari pimpinan sampai kepada anggota kelompok. Diskusi dipimpin oleh seorang guru atau seorang murid yang dianggap cakap.
Diskusi yang diatur seperti diatas mempunyai kelemahan dan kelebihan diantaranya :
Kebaikan/ kelebihan
a) Adanya partisipasi murid yang terarah terhadap pelajaran tersebut
b) Murid harus berfikir secara kritis, tidak sembarangan bicara.
c) Murid dapat meningkatkan keberanian
Kelemahan/kekurangan
a) Banyak waktu yang terbuang
b) Diskusi kebanyakan berlangsung diantara murid yang pandai-pandai saja.
3) Whole Group
Kelas merupakan satu kelompok diskusi. Whole group yang ideal apabila jumlah anggota tidak lebih dari 15 orang
4) Buzz Group
Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri dari 4-5 orang .tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan ditengah atau diahir pelajaran dengan maksud menajamkan karangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.
5) Sundicate Group
Suatu kelompok (kelas) dibagi mejadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu. Guru menjelaskan garis besarnya problema kepada kelas, ia menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap kelompok (sydicate) diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi lain.
6) Rain Storming Group
Dalam diskusi ini setiap kelompok harus menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasi belajar yang diharapkan agar anggota kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan ide-ide yang ditemukannya yang dianggap benar.
7) Fish Bowl
Diskusi ini dipimpin oleh satu orang yang mengetahui sebuah diskusi dan tujuan diskusi ini adalah untuk mengambil suatu kesimpulan. Dalam diskusi ini tempat duduk diatur setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap ke peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah melihat ikan yang berada dalam mangkok (fish bowl).[9]
2. Metode Tanya Jawab
a. Pengertian Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah salah satu tehnik mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Ini disababkan karena guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana murid dapat mengertikan dan mengungkapkan apa yang telah di ceramahkan.
Metode tanya jawab ialah cara penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid memberikan jawaban, atau sebaliknya murid yang mengajukan pertanyaan dan guru yang memberikan jawaban.[10]
Metode tanya jawab juga dapat diartikan sebagai suatu metode di dalam pendidikan dan pengajaran di mana guru bertanya sedangkan murid menjawab tentang bahan materi yang diperolehnya.[11]
Metode tanya jawab dapat digunakan oleh guru untuk menetapkan perkiraan secara umum apakah anak didik yang mendapat giliran pertanyaan sudah memahami bahan pelajaran yang diberikan. Metode tanya jawab juga diartikan sebagai metode mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada beberapa murid tentang pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses berfikir diantara murid-murid.[12]
Metode tanya jawab baik digunakan jika:
1) Untuk meyimpulkan metode yang lalu. Setelah guru menguraikan suatu persoalan, kemudian guru mengajukan beberapa pertanyaan.
2) Untuk melanjutkan pelajaran yang sudah lalu. Dengan mengulang pelajaran yang sudah diberikan dalam bentuk pertanyaan, guru akan dapat menarik perhatian murid-murid kepada pelajaran baru.
3) Untuk menarik perhatian murid untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman.
4) Untuk meneliti kemampuan murid dalam memahami bacaan yang dibacanya atau ceramah yang sudah didengarnya.
Metode tanya jawab tidak baik digunakan jika:
1) Untuk melihat taraf kemampuan murid mengenai pelajaran mereka.
2) Pertanyaan yang digunakan hanya terbatas pada jawaban “ya” atau “tidak” saja. Tetapi hendaknya jawaban dapat mendorong pemikiran murid untuk memikirkan jawaban yang tepat.
3) Memberikan giliran pada murid-murid tertentu saja, tetapi hendaknya pertanyaaan diajukan kepada seluruh siswa, begitu juga dalam menjawabnya seluruh murid harus diberi kesempatan, jangan hanya yang pandai-pandai saja. Bahkan murid yang pendiam dan pemalulah yang lebih didorong untuk menjawabnya supaya ia dapat membiasakan diri.[13]
b. Macam-Macam Metode Tanya Jawab
1) Jenis-Jenis Pertanyaan Menurut Maksudnya
a) Pertanyaan Permintan (Compliance Question)
Pertanyaan yang mengharapkan agar orang lain mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan.
Contoh:
Dapatkah anda tenang agar suara saya dapat didengar oleh seluruh kelas?
b) Pertanyaan Retorik (Rhetorical Question)
Pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, melainkan akan dijawab sendiri oleh guru karena merupakan tehnik penyampaian informasi kepada siswa.
Contoh:
Guru: ”ada yang tahu apa pengertian zakat secara istilah? Zakat adalah…..”
c) Pertanyaan Mengarahkan atau Menuntun (Prompting Question)
Pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada siswa dalam proses berfikir.
Contoh:
Guru : ”Minggu yang lalu kita telah membicarakan macam-macam najis. Coba, halim, manakah yang lebih tinggi derajat najis-nya, mugholadoh atau mutawasitoh?”
d) Pertanyaan Menggali (Probing Question)
Pertanyaan lanjutan yang akan mendorong siswa untuk lebih mendalami jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya.
Contoh:
Guru: ”Setelah kemarin kita bersama-sama mempelajari thoharoh, bagaimana pendapatmu tentang hikmah thoharoh tersebut, Amin?”
Amin : ”Sangat menarik, pak.”
Guru : Faktor apa yang menarik?” Dan selanjutnya.[14]
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi dan Tanya Jawab
1) Kelebihan dan kekurangan metode diskusi
a) Kelebihan Metode Diskusi
(1) Suasana kelas menjadi bergairah, dimana para siswa mencurahkan pikiran dan perhatian mereka terhadap masalah yang sedang dibicarakan.
(2) Dapat menjalin hubungan sosial antara individu siswa sehingga menimbulkan rasa harga diri, toleransi, demokrasi, berfikir kritis dan sistematis.
(3) Hasil diskusi dapat dipahami oleh para siswa karena mereka secara aktif mangikuti perdebatan yang berlangsung dalam diskusi.
(4) Adanya kesadaran para siswa dalam mengikuti dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku dalam diskusi merupakan refleksi kejiwaan dan sikap mereka untuk berdisiplin dan menghargai pendapat orang lain.
(5) Kesimpulan-kesimpulan diskusi mudah dipahami anak karena anak didik mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada kesimpulan
(6) Anak-anak belajar mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib dalam suatu musyawarah sebagai latihan pada musyawarah yang sebenarnya.[15]
(7) Situasi dan suasana kelas lebih hidup sebab perhatian murid terpusat pada masalah atau bahan yang didiskusikan.
(8) Dapat meningkatkan prestasi kepribadian individu dan sosial anak seperti: toleransi, demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar, dan berani mengemukakan pendapat.
(9) Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami anak karena anak mengikuti peraturan tata tertib sejak awal
(10) Murid terlatih mematuhi peraturan dan tata-tertib dalam suatu diskusi atau musyawarah yang lebih besar forumnya dan yang sebenarnya. [16]
b) Kekurangan Metode Diskusi
a) Adanya sebagian siswa yang kurang berpartisipasi secara aktif sehingga dalam diskusi dapat menimbulkan sikap acuh tak acuh dan tidak ikut bertanggung jawab terhadap hasil diskusi.
b) Sulit meramalkan hasil yang ingin dicapai karena penggunaan waktu yang terlalu panjang.
c) Para siswa merasa kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka secara ilmiah atau sistematis.
d) Kemungkinan ada anak yang tidak ikut aktif, sehingga bagi anak-anak ini, diskusi merupakan kesempatan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab.[17]
2) Kelebihan dan kekurangan metode tanya jawab
a) Kelebihan Metode Tanya Jawab
(1) Memberi kesempatan kepada murid-murid untuk dapat menerima penjelasan lebih lanjut.
(2) Guru dapat dengan segera mengetahui kemajuan muridnya dari bahan yang telah diberikan.
(3) Pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan agak baik dari murid dapat mendorong guru untuk memenuhi lebih mendalam dan mencari sumber-sumber lebih lanjut.
(4) Kelas akan hidup karena anak didik aktif berpikir dan menyampaikan pikiran melalui berbicara.
(5) Baik sekali untuk melatih anak didik agar berani mengembangkan pendapatnya melalui lisan secara teratur.
(6) Timbulnya perbedaan pendapat diantara anak didik, atau guru dengan anak didik, akan membawa kelas kedalam suasana diskusi.
(7) Memberikan dorongan aktivitas dan kesungguhan murid, dalam arti murid yang biasanya segan mencurahkan perhatian akan lebih berhati-hati dan aktif mengikuti pelajaran.
(8) Walaupun prosesnya agak lambat namun guru dapat mengontrol pemahaman atau pengertian murid terhadap masalah yang dibicarakan.
(9) Bila dibandingkan dengan metode ceramah yang menolong, metode tanya jawab dapat membangkitkan aktivitas murid.
b) Kekurangan Metode Tanya Jawab
(1) Pemakaian waktu lebih banyak jika dibandingkan dengan metode ceramah. Jalan pelajaran lebih lambat dari metode ceramah, sehingga kadang-kadang menyebabkan bahan pelajaran tidak dapat dilaksanakan sesuai apa yang telah ditetapkan.
(2) Apabila Murid terlalu banyak tidak cukup waktu memberi giliran kepda setiap siswa.
(3) Apabila terjadi perbedaan pendapat akan memakan banyak waktu untuk menyelesaikannya, dan lebih dari pada itu kadang-kadang murid dapat menyalahkan pendapat guru.
(4) Kemungkinan akan terjadi penyimpangan perhatian anak didik, terutama apabila terdapat jawaban-jawaban yang dapat menarik perhatiannya, tetapi bukan sasaran yang
dituju.
(5) Dapat menghambat cara berpikir, apabila guru kurang pandai dalam penyajian materi pelajaran.
(6) Situasi persaingan akan timbul, apabila guru kurang menguasai teknik pemakaian metode ini.[18]
3. Pembelajaran Fiqih Dengan Penddekatan Kontekstual
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual. CTL adalah suatu proses pembelajaran berupa learner-centered and learning in context. Konteks adalah sebuah keadaan yang mempengaruhi kehidupan siswa dalam pembelajarannya. CTL adalah suatu proses pembelajaran yang meliputi relating, experiencing, applying, cooperating, dan transfering. Tujuan yang ingin dicapai adalah: (1) meningkatkan hasil pembelajaran siswa, (2) unan materi pelajaran yang praktis dan sesuai dengan kehidupan di Indonesia dan konteks sekolah. Pembelajaran yang berbasis CTL berkaitan dengan prinsip-prinsip inquiry, constructivism, learning community, questioning, auhentic assessment, reflection, dan modelling. Contektual Teaching and Learning sebagai sebuah model pembelajaran jika dilihat dari aspek kegiatan yang terkandung didalamnya bukanlah suatu barang baru. Namun demikian selama ini prinsip yang terkandung dalam CTL itu rupanya “kurang” mendapat perhatian atau mungkin terabaikan. Melalui CTL diharapkan suatu proses pembelajaran mampu meminimalisir kelemahan-kelemahan yang selama ini terjadi dalam aktivitas belajar-mengajar. Metode ini diharpkan agar dunia pendidikan selalu berdealiktika dengan dengan keadaan zman. Karena jika pendidikan tidak memiliki semangat yang demikian, maka pendidikan justru akan menjadi alat untuk mencerabut masyarakat dari kultur yang selama ini diwarisinya.[19]
Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).
Konstruktivisme
a) Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru
berdasar pada pengetahuan awal
b) Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi”
bukan menerima pengetahuan
2. Inquiry
a) Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman
b) Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3. Questioning (Bertanya)
a) Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa
b) Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4. Learning Community (Masyarakat Belajar)
a) Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar
b) Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri
c) Tukar pengalaman
d) Berbagi ide
5. Modeling (Pemodelan)
a) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar
b) Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6. Reflection ( Refleksi)
a) Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari
b) Mencatat apa yang telah dipelajari
c) Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7. Authentic Assessment (Penilaian yang Sebenarnya)
a) Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
b) Penilaian produk (kinerja)
c) Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual [20]
3. Karakteristik Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Adapun karakteristik dari sebuah pembelajaran yang menggunakan metode konteks adalah sebagai berikut,
a. Kerjasama
b. Saling menunjang
c. Menyenangkan, tidak membosankan
d. Belajar dengan bergairah
e. Pembelajaran terintegrasi
f. Menggunakan berbagai sumber
g. Siswa aktif
h. Sharing dengan teman
i. Siswa kritis guru kreatif
j. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain.
k. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain[21]
Pentingnya pendekatan pembelajaran CTL bagi mapel PAI didasarkan atas beberapa hal:
a. PAI merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Islam. Karena itu PAI merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran Islam.
b. Dari segi muatan pendidikannya, PAI merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan mata pelajaran lain yang memiliki tujuan pembentukan moral kepribadian peserta didik yang baik. Oleh sebab itu semua mata pelajaran yang memiliki tujuan relevan dengan PAI harus seiring dan sejalan dalam pendekatan pembelajarannya.
c. Tujuan diberikannya mata pelajaran PAI adalah terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt, berbudi pekerti luhur (berakhlak mulia), memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam terutama sumber-sumber ajaran dan sendi-sendi lainnya, sehingga dapat dijadikan bekal untuk mempelajari berbagai bidang ilmu atau mata pelajaran tanpa harus terbawa oleh pengaruh negatif yang mungkin ditimbulkan oleh ilmu dan mata pelajaran tersebut.
d. Mata pelajaran PAI tidak hanya mengajarkan kepada peserta didik agar menguasai ilmu keislaman tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk mengamalkan ajaran Islam dalam keseharian.
e. Prinsip dasar PAI didasarkan pada tiga kerangka dasar yaitu akidah (penjabaran dari konsep iman), syariah (penjabaran dari konsep Islam), akhlak (penjabaran dari konsep ihsan).
f. Dilihat dari aspek tujuan, PAI bersifat integratif, yaitu menyangkut potensi intelektual (kognitif), potensi moral kepribadian (afektif) dan potensi keterampilan mekanik (psikomotorik). Oleh sebab itu pembelajaran PAI harus mampu mengembangkan semua potensi secara pararel tanpa menafikan potensi lain yang dimiliki oleh siswa. Karakteristik yang dimiliki mata pelajaran PAI sangat kompleks, komprehensif dan memerlukan pengetahuan lintas sektor. Oleh sebab itu pola pendekatan dan strategi pembelajaran harus dilakukan secara dinamis dan inovatif agar cita-cita atau tujuan PAI dengan cepat dapat dicapai.
Atas dasar pertimbangan di atas maka menerapkan pendekatan CTL dalam pembelajaran mata pelajaran PAI menjadi sebuah keniscayaan. Karena dengan pendekatan CTL akan lebih mempercepat proses bimbingan dan pembinaan kualitas personel siswa baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
- Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode yang paling sederhana dibandingkan dengan metode- metode mengajar yang lainnya. Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui ada dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya. Metode ini adalah yang paling pertama digunakan oleh manusia yaitu tatkala manusia purba menambah kayu untuk memperbesar nyala unggun api, sementara anak- anak mereka memperhatikan dan menirunya.
Metode demonstrasi ini barang kali lebih sesuai untuk mengajarkan bahan- bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan- gerakan dalam wudhu dan sholat yang diterapkan pada siswa tunagrahita. Dengan metode demostrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan- kesimpulan yang diharapkan. Dalam demonstrasi diharapkan setiap langkah pembelajaran dari hal- hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh murid dan melalui prosedur yang benar dan dapat pula dimengerti materi yang diajarkan.
F. Materi Pelajaran Fiqih dan Penggunaan Metode Pembelajaran Yang Tepat
1. Bab Haid
Metode :
- ceramah,
- tanya jawab,
- problem solving
2. Bab Sholat
Metode :
- ceramah,
- diskusi,
- demonstrasi
- Bab Zakat
- Ceramah
- Bab Zakat
- Diskusi
- Problem solving
- Bab Haji
- Ceramah
- Tanya jawab
- Demonstrasi
- A. Kesimpulan
Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan. Diskusi tidak sama dengan berdebat. Diskusi selalu diarahkan kepada pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya diambil suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompok
Metode demonstrasi dalam belajar dan mengajar ialah metode yang digunakan oleh seorang guru atau orang luar yang sengaja didatangkan atau murid sekali pun untuk mempertunjukkan gerakan- gerakan suatu proses dengan prosedur yang benar disertai keterangan- keterangan. Dalam metode demonstrasi murid mengamati dengan teliti dan seksama serta dengan penuh perhatian dan partisipasi
Sumanto al-Qurtuby, K.H MA. Sahal Mahfudh; Era baru Fiqih Indonesia, (Yogyakarta: Cermin, 1999)
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Ara Di Madrasah.
Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran (Malang: UM PRESS, 2004),
Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986),
Sutrisno Hadi, Metode Pembelajaran (Yogyakarta: Andi Offset, 1993),
Firdaus M. Yunus, Pendidikan Berbasis Realitas Sosisla-Paulo Freire dan YB. Mangunwijaya, Logung Pustaka, Jogjakarta, 2005