Faham
keadilan Tuhan dalam pemikiran kalam, bergantung pada pandangan apakah manusia
mempunyai kebebaasn dalam berkehendak dan berbuat ? Ataukah manusia itu hanya
terpaksa saja ?Perbedaan pandangan terhadap bebas atau tidaknya manusia
menyebabkan perbedaan penerapan makna keadilan, yang sama-sama disepakati
mengandung arti meletakkan sesuatu pada tempatnya.
1. Aliran
Mu’tazilah
Mu’tazilah berprinsip keadilan Tuhan mengatakan bahwa Tuhan
itu adil dan tidak mungkin berbuat zalim dengan memaksakan kehendak kepada
hamba-Nya, kemudian mengharuskan hamba itu untuk menanggung akibat
perbuatannya. Dengan demikian manusia mempunyai kebebasan untuk melakukan
perbuatannya tanpa ada paksaaan sedikit pun dari Tuhan. Dengan kebebasan itulah
manusia dapat bertanggungjawab atas segala perbuatannya. Tidaklah adil jika
Tuhan memberikan pahala atau siksa kepada hambanya tanpamengiringinya dengan
kebebasan dalam berbuat.
Ayat-ayat al-Qur’an yang dijadikan sandaran dalam memperkuat
pendapat Mu’tazilah adalah:
Al-Anbiya
(21) : 47 "Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat,
maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika amalan itu hanya
seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan pahalanya. Dan cukuplah Kami
sebagai pembuat perhitungan"
Yasin
(36) :54 "Maka pada hari itu orang tidak akan dirugikan sedikitpun dan
kamu tidak dibalas, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan"
Fusshilat (41)
:46 "Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, maka pahalanya untuk
dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat, maka dosany atas dirinya
sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-Nya"
An-Nisa (4) : 40
"Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah,
dan jika ada kebajikan sebesar biji zarrah niscaya allah akan
melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar”
dan Kahfi (18)
: 49. "Dan diletakkan kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang
bersalah ketakutan terhadap apa yang tertulis didalamnya, dan mereka berkata
;”aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan
tidak pula yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa
yang telah mereka ketrjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang
jua pun"
2. Aliran
Asy’ariyah
Asy’ariyah percaya pada kemutlakan kekuasaan Tuhan,
berpendapat bahwa perbuatan Tuhan tidak mempunyai tujuan. Yang mendorong Tuhan
untuk berbuat sesuatu semata-mata adalah kekauasaan dan kehendak mutlak-Nya dan
bukan kerena kepentingan manusia atau tujuan lainnya. Mereka mengartikan
keadilan tuhan dengan menempatkan sesuatu paad tempatnya, yaitu mempunyai
kekuasaan mutlak terhaap harta yang dimiliki serta mempergunakannya sesuai
dengan kehendak-Nya. Dengan demikia, keadilan Tuhan mengandung arti bahwa Tuhan
mempunyai kekuasaan mutlak terhadap makhluknya dan dapat berbuat sekehendak
hatinya. Tuhan dapat memberi pahala atau memberi siksa dengan sekehendak
hatinya dan itu semua adalah adil bagi Tuhan.Justru tidaklah adil jika Tuhan
tidak berbuat sekehenadknya, karena Dia adalah penguasa mutlak.
3. Aliran
Maturidiyah
Dalam hal keadilah dan kehendak Tuhan, Aliran ini terpisah
menjadi dua, yaitu Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah Bukhara. Karena
menganut faham free will dan free act serta adanya batasan bagi kekuasaan
mutlak Tuhan, kaum maturidiyah samarkand mempunyai posisi yang lebih dekat
dengan Mu’tazilah, tapi kekuatan akan dan batasan yang diberikan kepada
kekuasaan mutlak Tuhan lebih kecil dari paad yang diberikan Mu’tazilah.
Kehendak Tuhan dibatasi oleh keadilah Tuhan. Tuhan adil mengandung arti bahwa
segala perbuiatannya adalah baik dan tidak mampu untuk berbuat buruk serta
tidak mengabaikan kewajiban-kewajibannya terhadap manusia. Oleh karena itu
Tuhan tidak akan memberi bebean yang terlalu berat kepada manusia dan tidak
sewenang-wenang dalam memberikan hukuman, karena Tuhan tidakn dapat berbuat
zalim.
Adapun
Maturidiyah bukhara berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kekauasaan mutlak. Tuhan
berbuat apa saja yang dikehendakinya dan menentukan segala-galanya. Tidak ada
yang dapat menentang atau memaksa Tuhan dan tidak ada larangan bagi Tuhan.
Dengan demikian, keadilan Tuhan terletak paad kehendak mutlaknya, tidak ada
satu zat pun yang lebih kuasa dari pada-Nya dan tidak ada batasan bagi-Nya.
Baca Juga Artikel Di Bawah Ini: